Manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah dalam Mengkritisi Orang, Kitab dan Golongan | Karya Syaikh Rabi' bin Hadi
Terjemah Kitab Minhaj Ahlis Sunnah wal Jama'ah fi Naqdir Rijal wal Kutubi wath Thawa'if
(Manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah dalam Mengkritisi Orang, Kitab dan Golongan)
Penulis:
Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi Umair Al-Madkhali حفظه الله تعالى
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن والاه، أما بعد:
MUKADDIMAH CETAKAN KEDUA:
الحمدلله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن اتبع هداه.
أما بعد:
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam teruntuk Rasulullah, keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti petunjuk beliau.
Amma ba'du:
Rabbku Mengetahui tidaklah tujuanku menulis kitabku ini Manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah dalam Mengkritisi Orang, Kitab dan Kelompok-kelompok, kecuali untuk menjelaskan al-haq, keadilan yang obyektif yang ada dalam manhaj agung ini. Dan aku telah berusaha dengan sungguh-sungguh sesuai kemampuanku untuk menampakkan al-haq dan membantah apa yang menyelisihi dan yang bertentangan dengannya.
Maka aku memohon kepada Allah yang Mulia, Rabb Arsy yang agung, agar Dia menjadikan karya tulis ini ikhlas semata-mata hanya untuk Wajah-Nya, dan untuk menolong agama-Nya, dan agar Dia menjadikannya sebagai pemberat timbangan amal kebajikanku.
Dan termasuk dari rasa syukur dan pujianku kepada Allah adalah dengan aku jelaskan, bahwa kitabku ini telah diterima dengan segala senang hati oleh para ulama salaf yang adil, yang mana jumlah mereka ini banyak, baik di negara (Saudi Arabia) maupun yang di luar negri ini, di mana mereka ini tidak asing bagi kita.
Saya memohon kepada Allah Yang Maha Mulia agar memberikan taufik kepada saudara-saudara kita yang tertipu dengan manhaj yang menyimpang dan keliru, yang nampak pada zhahirnya (dibungkus) dengan al-haq, padahal manhaj yang menyimpang tersebut terselubung di dalamnya usaha untuk menghancurkan manhaj salaf yang pada hakikatnya tidak ada kebenaran yang hakiki kecuali hanya ada pada manhaj salaf.
Semoga Allah ta'ala memberikan taufik kepada mereka agar rujuk (kembali) kepada al-haq, dijauhkan dari jalan-jalan ahlul batil, dari penentangan dan kesombongan. Dan semoga Allah ta'ala menjaga kita juga mereka dari tipuan setan, baik setan manusia maupun jin, dan agar Dia mengeluarkan kita semua dari hawa nafsu dan kebingungan yang hal itu dapat merusak kesucian hati, jiwa, akidah dan akhlak. Sesungguhnya Rabbku Maha Mendengar doa.
Dan tidak lupa pula aku sampaikan kepada para pembaca yang terhormat, bahwa setelah selesai menulis kitabku ini Minhaj Ahlis Sunnah wal Jama'ah fi Naqdir Rijal wal Kutubi wath Thawa'if, aku kirimkan naskahku ini kepada Syaikh kami Al-Allamah Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz ketua Dewan Fatwa dan Bimbingan Kemasyarakatan, kemudian beliau mengamanahkan untuk mengkaji dan membacanya kepada Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah Ar-Rajihi dalam surat beliau (no. 488), tertanggal 13- 3- 1412 H.
Maka Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah Ar-Rajihi memenuhi permintaan Syaikh-nya Al-Allamah Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz. Maka mulailah dia menelaah kitab ini, lalu dia meringkasnya dengan bagus yang ringkasan tersebut disandarkan pada penulis kitab, kemudian dia menulis surat balasan kepada Al-Allamah Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz sebagai berikut:
بسم الله الرحمن الرحيم
Dari Abdul Aziz bin Abdullah Ar-Rajihi, kepada Syaikh kami dan bapak kami yang terhormat Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz حفظه الله, semoga Allah menjaganya dan mengaruniakan kesehatan dan kebaikan kepadanya. Amin.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Amma ba'du:
Telah saya terima surat anda (no. 488) tanggal 13-3-1412 H terlampir di dalamnya karya Asy-Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhali pengajar Jami'ah Islamiyyah di Al-Madinah Al-Munawwarah dengan judul: Minhaj Ahlis Sunnah wal Jama'ah fi Naqdir Rijal wal Kutubi wath Thawa'ifi, dengan tujuan untuk ditelaah dan dikoreksi.
Di sini saya sertakan faedah dari kitab tersebut kepada anda. Semoga Allah menjagamu dan Allah-lah yang memberi taufik. Semoga shalawat Allah diberikan kepada Muhammad صلى الله عليه وسلم, keluarganya dan para sahabatnya.
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى اله وصحبه ومن والاه، أما بعد:
Setelah Asy-Syaikh Al-Allamah Ibnu Baz membaca surat dari Asy-Syaikh Abdul Aziz Ar-Rajihi, maka beliau mengirim surat untukku sebagai berikut di bawah ini, di mana beliau menyampaikan kabar gembira untukku, bahwa beliau senang dengan komentar dari Asy-Syaikh Ar-Rajihi, serta mendoakan kebaikan untukku dan aku berharap kepada Allah untuk mengabulkannya.
No. Surat: 1673
Tanggal: 8-9-1412 H
Dari Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, kepada saudaraku yang terhormat Doktor Rabi' bin Hadi bin Umir Al-Madkhali, semoga Allah meridhainya dan semakin menambah ilmu dan imannya. Amin.
Salamun 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Amma ba'du:
Bersama surat ini, aku sertakan surat yang berisi komentar dari yang terhormat Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Ar-Rajihi tentang kitab anda yang berjudul Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah fi Naqdir Rijal wal Kutub wath Thawaifi, karena aku telah melimpahkan kepadanya untuk menelaah, dikarenakan aku tidak bisa mengoreksinya. Maka dia telah memberikan komentar tentang kitab tersebut, dan sungguh komentarnya telah membuatku senang walhamdulillah, dan aku juga senang untuk memberitahukannya kepada anda.
Aku mohon kepada Allah untuk menjadikan kami dan anda dan semua saudara-saudara kita sesama da'i yang menyeru kepada hidayah dan menolong al-haq. Sesungguhnya Allah Maha Pemurah dan Maha Mulia.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ttd. Ketua Umum Dewan Fatwa dan Bimbingan Kemasyarakatan.
===========================
Semoga Allah memberi barakah umur kepada Syaikh kita, syukur kepada Allah atas dukungan dan respon yang baik dari beliau, semoga Allah menjadikan kami dan beliau juga semua kaum muslimin sebagai da'i yang mengajak kepada Al-Haq dan As-Sunnah, serta selalu membela keduanya. Sesungguhnya Rabbku Maha Mendengar doa.
Di sini aku sertakan pula kepada pembaca yang terhormat, perkataan yang lain dari Asy-Syaikh Abdul Aziz Al-Muhammad As-Salmani dan Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan sebagai anggota dewan ulama kibar, sehingga hal ini semakin mendukung tema manhaj dalam kitab ini.
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz حفظه الله ditanya permasalahan berikut ini:
Sesuai dengan manhaj Ahlus Sunnah dalam membantah ahlul bid'ah dan kitab-kitab mereka, apakah wajib menyebutkan kebaikan-kebaikan mereka di samping menyebutkan kesalahan-kesalahannya, ataukah hanya menyebutkan kesalahan-kesalah mereka saja?
Maka Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjawab :
Yang ma'ruf dari perkataan para ulama adalah menyebutkan kesalahan-kesalahannya saja untuk mentahdzir. Adapun sesuatu yang baik adalah ma'ruf (diketahui) dan diterima kebaikannya.
Akan tetapi yang menjadi tujuan adalah tahdzir dari kesalahan-kesalahan mereka, misalnya kesesatan Jahmiyyah, Mu'tazilah, Rafidhah, dan seterusnya.
Jika memang ada keperluan untuk menjelaskan kebenaran yang ada pada mereka, maka boleh dijelaskan. Jika ada yang bertanya, 'Apa kebenaran yang ada pada mereka?' atau 'Apa pendapat mereka yang sesuai dengan ahlussunnah?' Dan yang ditanya mengetahui hal itu maka hendaknya dijelaskan, tapi tujuan terbesar adalah menjelaskan kebatilan yang ada pada mereka, agar si penanya tidak cenderung pada mereka dan waspada terhadap mereka.
Pertanyaan berikutnya:
Ada kelompok manusia yang mengharuskan adanya muwazanah, yakni jika engkau akan membantah seorang mubtadi dengan kebid'ahannya agar supaya orang berhati-hati dan waspada darinya, maka engkau harus pula menjelaskan tentang kebaikan-kebaikannya sehingga engkau tidak menzhaliminya?
Maka Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz -semoga Allah menjaganya- menjawab:
"Tidak! Itu tidak wajib. Oleh karena itu apabila kamu membaca kitab-kitab ahlussunnah, engkau akan mendapati (secara jelas) apa yang dimaukan dengan tahdzir. Bacalah dalam kitab-kitab Bukhari: Khalqu Af'alil 'Ibad, di dalam Kitabul Adab dalam Ash-Shahih, kitab As-Sunnah karya Abdullah bin Ahmad, kitab At-Tauhid karya Ibnu Khuzaimah, kitab Raddu Utsman Ibnu Said Ad-Darimi terhadap ahlul bid'ah, dan lain-lain.
Yang diinginkan adalah tahdzir (peringatan) dari kebatilan mereka, dan bukan sebaliknya untuk menjelaskan sejumlah kebaikan-kebaikan mereka, maka kebaikan-kebaikannya tidak ada nilainya dibandingkan dengan kekufuran, jika kebid'ahannya sampai dalam tingkat kekufuran, maka batillah semua kebaikan-kebaikan yang ada padanya. Dan jika tidak sampai dalam tingkat kekufuran maka berbahaya jika menyebutkan kebaikan-kebaikannya, sebab tujuan utamanya adalah menjelaskan kesalahan-kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan yang mengharuskan orang untuk hati-hati dan waspada darinya."
Jawaban di atas dari kaset rekaman pada dars (pelajaran) Asy-Syaikh حفظه الله yang disampaikan pada musim panas tahun 1413 H, di kota Thaif, setelah shalat fajar.
===========================
Asy-Syaikh Abdul Aziz Al-Muhammad As-Salmani حفظه الله ditanya pertanyaan berikut ini:
"Apakah menurut manhaj salaf disyaratkan harus ada Al-Muwazanah (menyebutkan) antara kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan dalam mentahdzir ahlul bid'ah?"
Maka beliau menjawab:
"Ketahuilah, semoga Allah memberi taufik kepada kami dan kamu dan juga kepada seluruh kaum muslimin, bahwa tidak ada satupun atsar dari salafush shalih baik dari para sahabat maupun para tabi'in yang mengikuti mereka dengan ihsan ada yang mengagungkan seorang pun dari ahlul bid'ah. Tidak ada di antara mereka salafush shalih yang berwala' (membela) ahlul bid'ah maupun menyeru dan mengajak untuk berwala' kepada ahlul bid'ah.
Karena ahlul bid'ah itu hati-hati mereka berpenyakit dan di khawatirkan orang-orang yang bergaul dan berhubungan dengan mereka akan terkena penyakit mereka ini, sebab orang sakit bisa menularkan penyakit kepada orang sehat dan tidak sebaliknya (orang sehat tidak akan menularkan kesehatannya kepada orang sakit, pen.), maka hati-hati dan waspadalah terhadap semua ahlul bid'ah.
Dan di antara ahlul bid'ah yang wajib dijauhi dan dihajr (ditinggalkan) adalah: Al-Jahmiyyah, Ar-Rafidhah (Syi'ah), Al-Mu'tazilah, Al-Maturidiyyah, Al-Khawarij, Ash-Shufiyyah, Al-Asya'irah dan semua golongan yang berada di jalan mereka, golongan-golongan yang menyalahi dan menyimpang dari jalan salaf, maka seharusnya bagi seorang muslim untuk mentahdzir mereka dan menjauhi mereka.
وصلى الله على محمد وٱله وسلم.
===========================
Ditanya kepada Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan حفظه الله pertanyaan berikut ini,
setelah beliau ditanya sebelumnya dengan beberapa pertanyaan tentang berbagai macam kelompok-kelompok:
"Baiklah wahai Syaikh, engkau telah mentahdzir/memperingatkan dari (bahaya) mereka tanpa menyebutkan kebaikan-kebaikan mereka misalnya atau engkau sebutkan kebaikan-kebaikan mereka dan juga kesalahan-kesalahan mereka?
Maka beliau menjawab:
"Jika engkau menyebutkan kebaikan-kebaikan mereka, itu maknanya engkau memuji mereka, tidak! Jangan sebutkan kebaikan-kebaikan mereka! Sebutkan kesalahan yang ada pada mereka saja. Karena engkau tidak dibebani untuk mempelajari dan mencari-cari kebaikan mereka. Engkau dibebani untuk menjelaskan kesalahan yang ada pada mereka dengan tujuan agar mereka bertaubat dari kesalahannya tersebut dan juga untuk mentahdzir/memperingatkan orang lain dari mereka. Adapun jika engkau menyebutkan kebaikan-kebaikan mereka, maka mereka akan mengatakan, jazakallahu khairan semoga Allah membalasmu dengan kebaikan, ya, inilah yang kami inginkan, dst."
"Sehingga dengan itu nasihat menjadi mentah, tidak berguna." (Keterangan pen.).
Dinukil dari rekaman audio pelajaran ketiga dari Kitabut Tauhid yang disampaikan oleh Asy-Syaikh di musim panas tahun 1413 H, di Thaif.
Alhamdulillah selesai mukaddimah cetakan kedua, yang ditulis oleh Asy-Syaikh Rabi حفظه الله تعالى.
Bismillah. Kita mulai mengkaji isi kitab pada bab pertama dengan judul:
MANHAJ ISLAM DAN PARA IMAM DALAM MENGKRITISI PENDAPAT-PENDAPAT DAN ORANG-ORANG SERTA MELURUSKANNYA DAN MENJELASKAN BAHWA KEADILAN YANG HAKIKI HANYA ADA DALAM MANHAJ INI
Al-Qur'anul Karim memuji orang-orang mukmin tanpa menyebutkan kesalahan-kesalahan mereka dan mencela orang-orang kafir dan orang-orang munafik tanpa menyebutkan kebaikan-kebaikan mereka.
Allah memuji orang-orang mukmin dalam banyak ayat Al-Qur'an dan menyebutkan apa yang dijanjikan untuk mereka berupa pahala besar dan tidak menyebutkan sedikit pun dari kesalahan-kesalahan mereka. Ini adalah muwazanah, sebab:
كل ابن آدم خطاء، وخير الخطاءين التوابون.
"Semua manusia (pernah) salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat."
Muwazanah semacam ini mengandung kemaslahatan yang besar, yakni jiwa akan tergerak untuk mencontoh mereka dan berjalan mengikuti metode mereka.
Sebaliknya Allah mencela orang-orang kafir, orang-orang munafik dan orang-orang fasik dalam banyak ayat dan menyifati mereka sesuai dengan apa yang ada pada mereka dengan sifat-sifat; kufur, nifak, dan fasik, bahkan juga Allah menyifati mereka dengan; tuli, bisu dan buta. Juga disifati dengan; sesat, dan jahil, Tanpa sedikit pun menyebutkan kebaikan-kebaikan mereka, sebab tidak pantas untuk menyebutkannya, karena kekufuran dan kesesatan mereka telah merusak dan mencoreng kebaikan-kebaikan tersebut dan menjadikannya seperti debu yang beterbangan.
Allah ta'ala berfirman:
وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا
"Dan Kami datangkan apa yang telah mereka amalkan dari amalan, lalu kami jadikan debu yang berterbangan." (QS. Al-Furqan: 23)
Dan Allah ta'ala berfirman:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا
الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Katakanlah: "Adakah kami kabarkan kepada kalian orang-orang yang rugi amalannya, yaitu orang-orang yang sesat amalan mereka di kehidupan dunia sedangkan mereka mengira bahwa mereka telah berbuat baik." (QS. Al-Kahfi: 103-104)
Allah ta'ala juga berfirman,
ۚ وَمَا ظَلَمَهُمُ اللَّهُ وَلَٰكِنْ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
"Dan Allah tidak men-zhalimi mereka, akan tetapi mereka yang men-zhalimi dirinya sendiri." (QS Al-Imran: 117)
Dan sungguh Allah ta'ala telah mengisahkan kepada kita bagaimana sikap para umat kafir terdahulu yang mendustakan para Rasul-Nya, Allah ta'ala menyebutkan kekufuran mereka, pendustaan dan permusuhan mereka kemudian kebinasaan dan kehancuran mereka yang banyak kisah itu di dalam Al-Qur'an, dan tidak menyebutkan sedikit pun dari kebaikan mereka, sebab tujuan utamanya menyebutkan semua itu adalah dalam rangka untuk dijadikan pelajaran dan peringatan akibat durhaka kepada para rasul dan melanggar ajarannya, baik itu berupa kekufuran dan pendustaan, agar umat yang lain tidak mengalami apa yang telah dialami oleh umat-umat sebelumnya, dan tidak binasa seperti kebinasaan mereka.
Dan Allah ta'ala menyifati Yahudi dan Nasrani dengan sifat-sifat yang paling jelek, dan mengancam mereka dengan ancaman yang paling keras, dan tidak menyebutkan sedikit pun dari kebaikan-kebaikan mereka yang telah mereka gugurkan dengan kekufuran dan pendustaan mereka terhadap Muhammad صلى الله عليه وسلم, begitu pula apa yang telah mereka lakukan berupa kekufuran dan merubah isi kitab mereka.
Begitu pula Quraisy memiliki banyak kebaikan, tapi mereka nodai dengan kekufuran dan pendustaan mereka terhadap rasul yang paling mulia.
Ketika orang-orang kufar Quraisy menjadi tawanan kaum muslimin di waktu perang Badar, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda,
لو كان المطعم بن عدي حيا، ثم سألني هؤلاء النتنى، لأعطيته إياهم.
"Seandainya Muth'im bin Adi masih hidup kemudian dia meminta kepadaku (untuk membebaskan bangkai-bangkai (musyrikin) ini, sungguh aku akan berikan (bebaskan) mereka untuknya."
Keterangan penerjemah:
Disebabkan karena banyaknya jasa dan kebaikan Muth'im bin Adi yang merupakan salah satu tokoh musyrikin Quraisy kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Kisah tersebut menunjukkan bahwa Quraisy memiliki banyak kebaikan tapi mereka nodai dengan kekufuran mereka. (Selesai keterangan pen ).
Allah ta'ala berfirman,
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ. مَا أَغْنَىٰ عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ. سَيَصْلَىٰ نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ. وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ.
فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ
"Celaka kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar dia celaka. Tidak berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Dia akan masuk neraka yang menyala-nyala. Dan istrinya yang membawa kayu bakar yang dipikul di lehernya dengan tali dari sabut." (QS. Al-Masad: 1-5)
Tidak diragukan bahwa Abu Lahab dan istrinya memiliki banyak kebaikan-kebaikan, mereka berdua suami istri terlahir dari keluarga mulia dan terhormat, akan tetapi keduanya telah menodai segala kebaikannya dengan kekufuran dan permusuhan serta sikap yang buruk terhadap Rasulullah صلى الله عليه وسلم.
Keterangan penerjemah:
Seperti itulah metode manhaj dalam Al-Qur'an, segala kebaikan yang ada tidak disebutkan ketika menjelaskan tentang orang-orang yang kufur dan menyimpang dari al-haq. (Selesai keterangan pen.).
Adapun manhaj yang salah dan menyimpang, mereka menganggap bahwa manhaj Rabbani ini zhalim dan tidak adil.
Maha Tinggi Allah dari anggapan mereka tersebut, dengan Ketinggian dan Keagungan Yang Sempurna.
TAHDZIR (PERINGATAN) NABI صلى الله عليه وسلم KEPADA UMATNYA TERHADAP PENGIKUT HAWA NAFSU
Insyaallah bersambung...
Diterjemahkan oleh Al-Ustadzah Ummu Abdillah bintu Ali Bahmid hafizhahallah
__________
KOMENTAR