Kekayaan itu bukanlah dari banyaknya harta, akan tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa
JIWA YANG MURAH HATI
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, dari Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda :
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
"Kekayaan itu bukanlah dari banyaknya harta, akan tetapi kekayaan itu adalah kekayaan jiwa".
(Muttafaqun 'alaih)
Asy-Syaikh Zaid al-Madkhaly rahimahullah :
Dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang makna yang sebenarnya dari kaya dan terdapat hasungan untuk berakhlaq murah hati. Dan ucapan penulis : "Bab Tentang Jiwa yang Murah Hati", murah hati maksudnya adalah mengupayakan kebaikan dan kedermawanan pada tempatnya, dan berlepas diri dari penyakit bakhil dan tamak.
Dan sungguh Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam telah menjelaskan hadits ini bahwa kekayaan yang hakiki (sebenarnya) adalah kekayaan jiwa, yaitu menjadikan jiwanya bersifat qona'ah (menerima) dengan rizki yang dibagikan Allah 'Azza wa Jalla dan ridha dengan pembagian itu dan janganlah termasuk orang yang gemar mengeluh dan tamak, yang sifat itu bisa menjatuhkannya ke dalam yang haram, lalu jadilah ia orang yang mengambil harta tanpa memperhitungkan, apakah termasuk halal ataukah haram.
Adapun harta yang ia merupakan perhiasan kehidupan dunia, maka ia akan musnah, ia tidaklah disifati dengan sesuatu yang terpuji, ia hanyalah harta yang akan musnah. Bagaimanapun juga seseorang dan jiwa itu diberi harta, maka pada umumnya jiwa-jiwa para makhluk itu tidak merasa cukup baik diberi harta yang sedikit maupun yang banyak.
Namun jika Allah memuliakan seorang hamba dengan jiwa yang murah hati dan merasa cukup (qona'ah) dengan apa yang telah Allah Tabaaraka wa Ta'ala (berikan) maka itu adalah alamat kebahagiaan dan jalan hidayah.
Maka, wahai seorang muslim, jadilah orang yang bermurah hati, dermawan dan qona'ah (merasa cukup) dengan rizki yang telah Allah bagikan, dalam keadaan memuji Allah dan bersyukur kepadaNya dengan ucapan dan perbuatan, dan memperbagus cara mencari rizki disertai mengupayakan sebab (datangnya rizki).
Sungguh Nabi yang mulia 'alaihis shalatu was salaam telah bersabda :
"Sesungguhnya Ruhul Quddus (Jibril) telah membisikkan ke dalam hatiku bahwa sebuah jiwa itu tidak akan meninggal hingga disempurnakan rizkinya. Maka bertaqwalah kepada Allah dan perbaguslah cara mencarinya".
'Aunul Ahadis Shomad, Syarhul Adabil Mufrad, hlm. 304.
Jiwa yang Murah Hati "Dermawan" Karena Kaya Hati |
من شروحات العلامة زيد المدخلي رحمه الله - باب سخاوة النفس
عن أبي هريرة رضي الله عنه ، عن النبي صلى الله عليه وسلم قال:(ليس الغنى عن كثرة العرض ، ولكن الغنى غنى النفس)
في هذا الحديث بيان المعنى الحقيقي للغنى، والترغيب في خلق السخاء، وقول المؤلف :باب سخاوة النفس ، السخاء: بذل المعروف والجود في محله، والبراءة من داء البخل والشح.
فقد بين النبي صلى الله عليه وسلم في هذا الحديث أن الغنى الحقيقي هو غنى النفس، أي أن تكون النفس قانعة بما قسم الله عزوجل من الرزق، وراضية بذلك، ولا يكون الممن صاحب هلع وصاحب شح يوقعه ذلك في الحرام فيظل يأخذ المال بدون حساب لأخذه من حله أو حرمته.
وأما العرض الذي هو متاع الحياة الدنيا فهو زائل ، ولايوصف بمدح، وإنما هو عرض زائل ، ومهما أعطي الإنسان وأعطيت النفس من المال فإن أغلب نفوس الخلق لم يقنعها القليل ولا الكثير ، لكن إذا أكرم الله العبد بنفس سخية وقانعة بما قسم الله تبارك وتعالى فذلك عنوان السعادة وطريق الهداية.
فكن أيها المسلم من أصحاب السخاء والجود والقناعة بما قسم الله من الرزق؛ حامدا لله، شاكرا له قولا وفعلا، وأجمل في طلب الرزق مع بذل السبب، وقد قال النبي الكريم عليه الصلاة والسلام : إن روح القدس قد نفث في روعي أن نفسا لن تموت حتى تستكمل رزقها فاتقوا الله ، وأجملوا في الطلب
📚 عون الأحد الصمد شرح الأدب المفرد ص ٣٠٤
WhatsApp Ashhaabus Sunnah
اصحاب الســنة
Majmu'ah Hikmah Salafiyyah || ▶️ https://t.me/hikmahsalafiyyah
KOMENTAR