Apakah Shalat Tarawih Ada Batasnya? Mana yang lebih utama? Temukan Jawabannya Disini!
PENJELASAN JUMLAH RAKA'AT SHALAT TARAWIH
Mufti: al-Imam Abdul Aziz bin Baz rahimahullah
Pertanyaan:
"Salah seorang akhwat pendengar dari Khubar mengirim surat yang terkandung di dalamnya tiga pertanyaan. Di salah satu pertanyaan dia berkata: sungguh aku telah membaca pada sebagian kitab bahwasanya shalat tarawih 20 raka'at tidaklah berasal dari Rasulullah ﷺ. Demikian pula tidak datang dari Umar bin Khaththab radliyallahu 'anhu sebagaimana disangka oleh sebagian orang. Apakah shalat tarawih 20 raka'at adalah bid'ah ataukah hal itu boleh, tidak berdosa melakukannya selamanya? Jazakumullahu khoyron
Jawaban:
"Shalat tarawih tidak ada batasan tertentu (keharusan jumlah rokaatnya, pent). Siapa yang shalat 20 raka'at, tidak apa-apa, siapa yang shalat 30 raka'at, tidak apa-apa, siapa yang shalat 40 raka'at, tidak apa-apa, siapa yang shalat 11 raka'at, tidak apa-apa, siapa yang shalat 13 raka'at, tidak apa-apa.
Siapa yang shalat lebih banyak atau lebih sedikit juga tidak mengapa. Perkaranya luas, berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
"Shalat malam itu dua raka'at dua raka'at"
Dan beliau shallallahu 'alaihi wasallam tidak membatasi dengan bilangan tertentu. Demikian pula telah datang riwayat dalam ash-Shahihain dari hadits Ibnu 'Umar, beliau bersabda: (Shalat malam itu dua raka'at dua raka'at) -dan ini sifatnya umum, di bulan Ramadhan dan selainnya- (Dan apabila salah seorang kalian kuatir masuk waktu Subuh, hendaklah dia shalat satu raka'at yang akan mewitirkan shalat yang telah dia lakukan).
Maka beliau menjelaskan bahwasanya shalat malam itu dua raka'at dua raka'at. Dia shalat 10 raka'at lalu witir 1 raka'at setelah itu. Shalat 20 raka'at, lalu witir 1 raka'at, shalat 30 raka'at, lalu witir 1 raka'at. Shalat 40 raka'at, lalu witir 1 raka'at. Shalat 100 raka'at, lalu witir 1 raka'at. Tidak ada di sana batasan raka'at.
Beliau shallallahu 'alaihi wasallam tidak bersabda* (Shalat malam itu 10 raka'at. Kalau tidak, maka hendaklah 20 raka'at). (Justru) beliau bersabda: "Shalat malam itu dua raka'at dua raka'at. Apabila salah seorang kalian kuatir datangnya waktu Subuh-yakni seandainya dia memanjangkan shalat tersebut dia kuatir masuk waktu Subuh-maka hendaklah dia shalat witir 1 raka'at.
Demikian pula bila dia berwitir di awal malam, hendaknya dia shalat sesuai yang Allah mudahkan untuknya, lalu dia berwitir 1 raka'at. Atau di pertengahan malam, juga seperti itu.
Terkadang Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berwitir dengan 7 raka'at, terkadang 5 raka'at, terkadang 9 raka'at. Tetapi mayoritasnya beliau shalat 11 raka'at. Beliau salam setiap 2 raka'at dan witir 1 raka'at. Terkadang beliau shalat 13 raka'at, shalat 12 raka'at, dua raka'at dua raka'at, lalu beliau shalat 1 raka'at. Inilah kebanyakan yang dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Terkadang beliau menguranginya. Beliau shalat 7 atau 9 atau 5 atau 3 raka'at. Akan tetapi yang lebih sering dan lebih banyak (yang beliau lakukan) adalah shalat 11 raka'at. Di waktu lain 13 raka'at.
Akan tetapi beliau tidak melarang bila shalatnya ditambah, siapa yang mau, silakan menambah. Dan telah tsabit dari Umar dan para sahabat Nabi bahwasanya mereka melakukan hal tersebut. Mereka shalat 11 dan 23 raka'at. Telah tetap dari Umar beliau melakukan yang ini dan yang itu.
Maka orang yang mengingkari tsabit (tetap)nya hal ini dari Umar, dia telah salah. Bahkan telah tsabit dari Umar bahwasanya beliau shalat 23 raka'at. Dan di sebagian malam lainnya beliau shalat 11 raka'at. Maka perkara ini luas, Alhamdulillah.
Dan siapa yang shalat lebih banyak lagi sebagaimana perbuatan sebagian sahabat, maka tidak mengapa. Sebagian salaf dulu shalat 36 raka'at dan melakukan witir 3 raka'at, semuanya 39 raka'at. Sebagian mereka shalat 41 raka'at. Maka dalam masalah ini tidak ada batasan bilangan, Alhamdulillah. Akan tetapi dua dua, dua raka'at dua raka'at, inilah yang sunnah di bulan Ramadhan dan selainnya.
Akan tetapi keadaan beliau yang shalat 13 raka'at, 11 raka'at, inilah yang lebih utama, karena hal itu lebih sesuai, lebih cocok dengan perbuatan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Jika dia shalat 23 raka'at di sebagian waktu sebagaimana yang dilakukan Umar, maka ini tidak mengapa, jika dia dan jama'ahnya ingin menambah tidak mengapa. Akan tetapi hendaklah dia menyesuaikan dengan orang-orang yang bersamanya. Tidak memanjangkan shalat bersama mereka. Hendaklah pula thuma'ninah (tenang) ketika ruku' dan sujudnya dan membaca bacaan (al-Qur'annya) dengan tartil karena hal ini lebih bermanfaat bagi kaum muslimin.
Dan tidak boleh baginya (sujud dengan cepat seperti ayam) mematuk dengan sekali patukan. Bahkan wajib bagi dia untuk thuma'ninah. Apabila dia shalat 11 raka'at dengan thuma'ninah dan tartil ketika membaca, hal itu lebih utama daripada 20 raka'at.
Demikian pula bila dia shalat 13 raka'at. Apabila dia merasa berat (melakukan itu), dia bisa shalat 7 raka'at dengan tartil dan thuma'ninah, ini lebih utama. Demikian pula (bila dia shalat) 5/3 raka'at, sesuai dengan kemampuannya. (Allah berfirman):
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ [التغابن:16]
Bertakwalah kepada Allah semampumu
Pembawa acara: Allahumma aamiin. Jazakumullahu khoyron
Thuwailibul Ilmisy Syar'i (TwIS)
Abu Abdillah Rahmat
Muraja'ah: al-Ustadz Kharisman hafizhahullah
Sumber : https://t.me/goresanfawaid/748
KOMENTAR