Hukum Shalat Berjamaah Tapi Berbeda Tempat Antara Laki-laki dan Perempuan.
Banyak pertanyaan-pertanyaan yang sampai kepada kami tentang sholatnya akhwat di masjid nisaa mengikuti imam dimasjid banin. Apakah sah? Atau apakah dibenarkan?
Maka kita jawab:
●> "Pertama, Masjid Nisaa bukan masjid "lain". Itu sama-sama masjid Abu Bakar As Shiddiq. Hanya saja _dengan izin Allah dan inayahnya_ kita bangunkan tempat khusus dibelakangnya untuk para ibu ibu dan para wanita.
●> Kedua, sudah biasa kita saksikan di masjid-masjid para ulama yg tempat akhwatnya terpisah secara total. Namun mereka tetap bermakmum kepada imam di masjid rijal dengan mendengar suaranya. Seperti yang saya (Ustadz Muhammad) saksikan ditempat syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah.
●> Ketiga, telah banyak fatwa-fatwa para ulama terdahulu yang membolehkan demikian.
Diantaranya:
وقد رواه البخاري (729) تحت باب :
إذا كانَ بينَ الإِمَامِ وَبَيْنَ القَوْمِ حَائِطٌ ، أَوْ سُتْرَةٌ
Telah diriwayatkan oleh Imam Bukharidalam bab: "Jika antara imam dan makmum ada tembok atau pemisah" :
وقال الحسنُ : لا بأس أن تصلِّي وبينكَ وبينهُ نهر. وقال أبو مجلزٍ: يأتمُّ بالإمامِ - وإنْ كانَ بينهما طَريقٌ أو جدارٌ - إذا سمعَ تكبيرَ الإمامِ )
Berkata Al Hasan rahimahullah:
"Tidak mengapa engkau sholat dalam keadaan antara kamu dengan imam ada sungai"
Berkata Abu Mijliz__rahimahullah__ :
"Tidak mengapa engkau sholat mengikuti imam walaupun antara kamu dgn imam ada jalan atau tembok, jika kamu mendengar takbir imam"
قال ابن رجب رحمه الله تعالى :
" مراد البخاري بهذا الباب : أنه يجوز اقتداء المأموم بالإمام ، وإن كان بينهما طريق أو نهر ، أو كان بينهما جدار يمنع المأموم من رؤية إمامه ؛ إذا سمع تكبيره "
"فتح الباري " (6 / 297)
Berkata Ibnu Rajab rahimahullah :
"Yang dimaksud oleh al Bukhari dengan bab ini adalah, tidak mengapa makmum mengikuti imam walaupun antara keduanya terpisah jalan, sungai atau tembok yang menghalangi makmum dari melihat imam. Jika dia mendengar takbirnya imam."
( fathul bari 6\297)
قال النووي رحمه الله تعالى :
" يشترط لصحة الاقتداء : علم المأموم بانتقالات الإمام ؛ سواء صليا في المسجد أو في غيره ، أو أحدهما فيه والآخر في غيره . وهذا مجمع عليه .
قال أصحابنا : ويحصل له العلم بذلك : بسماع الإمام ، أو من خلفه ، أو مشاهدة فعله ، أو فعل من خلفه .
ونقلوا الإجماع في جواز اعتماد كل واحد من هذه الأمور" انتهى من " المجموع " (4 / 309)
Berkata an Nawawi rahimahullah :
"Disyaratkan untuk sahnya mengikuti imam adalah pengetahuan makmum tentang gerakan-gerakan perpindahan imam.
Sama saja apakah keduanya sholat dimasjid ataupun ditempat lain.
Atau yg satu dimasjid yg lain di tempat lain. Dan ini adalah perkara yg sudah disepakati secara ijma'.
Berkata sahabat-sahabat kami:
'Pengetahuan tentang gerakan-gerakan imam dapat dihasilkan dengan mendengar suara imam, atau mengikuti dibelakangnya, atau menyaksikan gerakannya, atau melihat gerakan makmum yg dihadapannya.
Mereka menukil Ijma' tentang bolehnya bermakmum dengan mengandalkan perkara tersebut (yakni dengan mendengar, melihat atau mengikuti yg dihadapannya. Pent.)
Asatidzah pondok Dhiya' us Sunnah Cirebon.
Penasihat,
Al Ustadz Muhammad bin Umar Assewed حفظه الله
WhatsApp Salafy Cirebon
CHANNEL TELEGRAM : https://t.me/Salafy_cirebon
Maka kita jawab:
●> "Pertama, Masjid Nisaa bukan masjid "lain". Itu sama-sama masjid Abu Bakar As Shiddiq. Hanya saja _dengan izin Allah dan inayahnya_ kita bangunkan tempat khusus dibelakangnya untuk para ibu ibu dan para wanita.
●> Kedua, sudah biasa kita saksikan di masjid-masjid para ulama yg tempat akhwatnya terpisah secara total. Namun mereka tetap bermakmum kepada imam di masjid rijal dengan mendengar suaranya. Seperti yang saya (Ustadz Muhammad) saksikan ditempat syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah.
●> Ketiga, telah banyak fatwa-fatwa para ulama terdahulu yang membolehkan demikian.
Diantaranya:
وقد رواه البخاري (729) تحت باب :
إذا كانَ بينَ الإِمَامِ وَبَيْنَ القَوْمِ حَائِطٌ ، أَوْ سُتْرَةٌ
Telah diriwayatkan oleh Imam Bukharidalam bab: "Jika antara imam dan makmum ada tembok atau pemisah" :
وقال الحسنُ : لا بأس أن تصلِّي وبينكَ وبينهُ نهر. وقال أبو مجلزٍ: يأتمُّ بالإمامِ - وإنْ كانَ بينهما طَريقٌ أو جدارٌ - إذا سمعَ تكبيرَ الإمامِ )
Berkata Al Hasan rahimahullah:
"Tidak mengapa engkau sholat dalam keadaan antara kamu dengan imam ada sungai"
Berkata Abu Mijliz__rahimahullah__ :
"Tidak mengapa engkau sholat mengikuti imam walaupun antara kamu dgn imam ada jalan atau tembok, jika kamu mendengar takbir imam"
قال ابن رجب رحمه الله تعالى :
" مراد البخاري بهذا الباب : أنه يجوز اقتداء المأموم بالإمام ، وإن كان بينهما طريق أو نهر ، أو كان بينهما جدار يمنع المأموم من رؤية إمامه ؛ إذا سمع تكبيره "
"فتح الباري " (6 / 297)
Berkata Ibnu Rajab rahimahullah :
"Yang dimaksud oleh al Bukhari dengan bab ini adalah, tidak mengapa makmum mengikuti imam walaupun antara keduanya terpisah jalan, sungai atau tembok yang menghalangi makmum dari melihat imam. Jika dia mendengar takbirnya imam."
( fathul bari 6\297)
قال النووي رحمه الله تعالى :
" يشترط لصحة الاقتداء : علم المأموم بانتقالات الإمام ؛ سواء صليا في المسجد أو في غيره ، أو أحدهما فيه والآخر في غيره . وهذا مجمع عليه .
قال أصحابنا : ويحصل له العلم بذلك : بسماع الإمام ، أو من خلفه ، أو مشاهدة فعله ، أو فعل من خلفه .
ونقلوا الإجماع في جواز اعتماد كل واحد من هذه الأمور" انتهى من " المجموع " (4 / 309)
Berkata an Nawawi rahimahullah :
"Disyaratkan untuk sahnya mengikuti imam adalah pengetahuan makmum tentang gerakan-gerakan perpindahan imam.
Sama saja apakah keduanya sholat dimasjid ataupun ditempat lain.
Atau yg satu dimasjid yg lain di tempat lain. Dan ini adalah perkara yg sudah disepakati secara ijma'.
Berkata sahabat-sahabat kami:
'Pengetahuan tentang gerakan-gerakan imam dapat dihasilkan dengan mendengar suara imam, atau mengikuti dibelakangnya, atau menyaksikan gerakannya, atau melihat gerakan makmum yg dihadapannya.
Mereka menukil Ijma' tentang bolehnya bermakmum dengan mengandalkan perkara tersebut (yakni dengan mendengar, melihat atau mengikuti yg dihadapannya. Pent.)
Asatidzah pondok Dhiya' us Sunnah Cirebon.
Penasihat,
Al Ustadz Muhammad bin Umar Assewed حفظه الله
WhatsApp Salafy Cirebon
CHANNEL TELEGRAM : https://t.me/Salafy_cirebon
hukum shalat berjamaah tapi berbeda tempat |
KOMENTAR