Cara Agar Mendapatkan Malam Lailatul Qodar, Ciri Malam Lailatul Qodar
MENGHIDUPKAN MALAM LAILATUL QADAR
Pertanyaan Kedelapan dari Fatwa Nomor:2392Pertanyaan 8: Bagaimana cara menghidupkan malam Lailatul Qadar? Apakah dengan shalat, membaca Alquran, sirah Nabi, ceramah, dan merayakannya di dalam masjid?
Jawaban 8:
Pertama, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersungguh-sungguh pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan melebihi bulan-bulan lainnya, dengan shalat, membaca Alquran, dan berdoa.
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam Apabila telah masuk sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan) beliau menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya, dan mengencangkan ikatan kainnya. Dalam riwayat Ahmad dan Muslim, redaksinya adalah Beliau sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, lebih dari kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.
Kedua, Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sangat menganjurkan untuk menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan pengharapan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Beliau bersabda, "Orang yang mendirikan shalat pada malam Lailatul Qadar, karena keimanan dan mengharap pahala dari Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu diampuni." (HR. Jamaah, kecuali Ibnu Majah). Hadits ini menunjukkan disyariatkannya menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan shalat.
Ketiga, di antara doa terbaik untuk dipanjatkan pada malam Lailatul Qadar adalah yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kepada Aisyah radhiyallahu anha.
Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan dipandang sahih olehnya, dari Aisyah radhiyallahu anha yang berkata, Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda jika aku mengetahui malam Lailatul Qadar, apa yang aku ucapkan di malam itu?" Beliau menjawab, "Ucapkanlah: Allaahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fafu annii (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, Engkau senang memaafkan, maka maafkanlah aku)."
Keempat, untuk mengklaim bahwa satu malam tertentu di bulan Ramadhan adalah Lailatul Qadar dibutuhkan dalil yang menguatkannya. Akan tetapi, malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan merupakan saat yang paling dimungkinkan terjadinya Lailatul Qadar, jika dibandingkan dengan malam-malam lainnya. Malam kedua puluh tujuh diprediksi kuat sebagai Lailatul Qadar, berdasarkan dalil-dalil yang telah kami sebutkan.
Kelima, bidah tidak boleh dilakukan, baik di dalam atau pun di luar bulan Ramadhan. Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda,
"Baransiapa yang mengada-ada dalam urusan agama kami ini, padahal itu yang bukan berasal dari agama kami, maka perkara itu tertolak." Dalam riwayat lain,
"Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan bukan berdasarkan tuntunan agama kami, maka perbuatan tersebut tertolak."
Kami tidak mengetahui dalil atas perayaan-perayaan yang dilakukan di sebagian bulan Ramadhan. Sebaik-baik petunjuk adalah tuntunan Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan seburuk-buruk perkara adalah yang baru.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.
Al Lajnah ad Daimah Lilbuhutsil Ilmiyyah Walifta'
Ketua: Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Anggota: Abdullah bin Qu'ud
http://t.me/ukhwh
LAILATUL QODAR BISA JADI DATANG PADA MALAM GENAP
PERINGATAN SANGAT PENTING!!!
Lailatul Qadar bisa jadi datang pada malam-malam genap yang mana itu adalah malam ganjil jika dilihat dari malam yang tersisa. Oleh karena itu, seharusnya engkau menghidupkan sepuluh malam seluruhnya dengan sempurna agar engkau dapat meraihnya seizin Allah ta’ala.
Dahulu, Syaikhul Islam -semoga Allah meridhainya- pernah ditanya tentang Lailatul Qadar, saat beliau sedang ditahan di sebuah penjara di atas bukit pada tahun 706H, maka beliau menjawab:
“Alhamdulillaah, Lailatul Qadar terletak diantara 10 malam terakhir dari bulan Ramadhan. Demikianlah yang shahih dari Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
*تحروها في العشر الأواخر*
“Ia terletak pada 10 terakhir dari Ramadhan”.
Lailatul Qadar datang pada malam ganjilnya. Hanya saja, hitungan ganjilnya malam tersebut bisa jadi diambil berdasar;
⏭ (malam-malam) yang sudah lewat, sehingga kau cari ia di malam 21, 23, 25, 27 dan 29.
⏭ Atau, bisa juga dilihat berdasarkan (malam-malam) yang tersisa, sebagaimana sabda Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam:
*لتاسعة تبقى لسابعة تبقى لخامسة تبقى لثالثة تبقى*
“Pada malam kesembilan yang tersisa, pada malam ketujuh yang tersisa, pada malam kelima yang tersisa, pada malam ketiga yang tersisa”.
Berdasarkan hal ini; Seandainya bulan itu sejumlah 30 hari, berarti Lailatul Qadar ada diantara malam-malam genapnya:
● _Malam 22 adalah malam ke-9 dari yang tersisa._
● _Malam 24 adalah malam ke-7 dari yang tersisa. Dan demikian seterusnya._
Hal ini sebagaimana yang ditafsirkan oleh sahabat Abu Sa’id Al-Khudri dalam hadits yang shahih.Demikianlah pula (amalan) yang ditegakkan oleh Nabi shallallaahu alaihi wa sallam di bulan Ramadhan.
Adapun seandainya bulan tersebut sejumlah 29 hari, maka penanggalan berdasar hari yang tersisa adalah sama dengan penanggalan berdasar hari yang telah lewat (sama dalam hal ganjil maupun genapnya, pent.).
Jika demikian ini keadaannya, maka yang semestinya bagi seorang mukmin ialah mencari-carinya pada sepuluh hari terakhir seluruhnya, sebagaimana yang telah disabdakan oleh *Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam:
*تحروها في العشر الأواخر*
“Carilah dia (lailatul qadar) pada sepuluh malam terakhir”….
Wallaahu ta’ala a’lam”.
📚 Majmu Fatawa jilid ke-25, Kitabush Shiyaam,
[Faedah dari Ustadz Muhammad Higa Sewon Bantul]
Kunjungi || http://forumsalafy.net/peringatan-sangat-penting/
WhatsApp Salafy Indonesia
@FiqihPuasaRamadhan
💎💎💎💎💎💎💎💎💎
TIGA CIRI MALAM ‘LAILATUL QODAR’
1- BENTUK BULAN SAAT ITU SEPERTI PARUHAN MANGKUKDari shahabat Abu Huroiroh -rodhiyallahu ‘anhu-, Bahwasanya beliau pernah mengingat-ingat malam ‘lailatul qodar’ bersama dengan Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam-, Beliau mengatakan:
«أَيُّكُمْ يَذْكُرُ حِينَ طَلَعَ الْقَمَرُ، وَهُوَ مِثْلُ شِقِّ جَفْنَةٍ؟»
“Siapakah diantara kalian yang ingat, tatkala bulan muncul dalam keadaan seperti paruhan (📌) mangkuk.?”
📎 [ HR. Muslim no.1170-(222) ]
(📌) Paruhan adalah setengah bagian. [ KBBI ]
2- SUASANA TENANG, UDARA DAN CUACA PADA MALAM ITU SEDANG (TIDAK PANAS DAN TIDAK DINGIN)
Dari shahabat Ibnu Abbas -rodhiyallahu ‘anhu-, bahwasanya Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam- pernah bersabda tentang lailatul qodar;
«لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلْقَةٌ لَا حَارَّةٌ وَلَا بَارِدَةٌ يُصْبِحُ شَمْسُها صَبِيحَتَهَا ضَعِيفَةً حَمْرَاءَ »
“Sebuah malam yang tenang penuh kelembutan; tidak panas dan tidak dingin. Matahari –pada pagi harinya- terbit dengan cahaya yang lemah berwarna merah.”
[ HR. Al-Baihaqi dalam “Syu’abil Iman” no. 3419 dan Ath-Thoyalisi dalam “Musnadnya” no. 2802 ]
Dishohihkan Asy-Syaikh Al-Albani –rohimahullah- dalam “Shohih Al-Jami’” no. 5475. Disebutkan pula dalam “Adh-Dhoifah” dibawah pembahasan hadits no. 4404; walaupun didalamnya ada 2 orang rowi yang lemah, namun masih bisa menjadi syawahid (penguat, pent.). Wallahu a’lam.
3- MATAHARI -PADA PAGI HARINYA- TERBIT TANPA CAHAYA, SEPERTI BASKOM DARI TEMBAGA, BERWARNA MERAH
Dari Shahabat Ubay bin Ka’ab -rodhiyallahu ‘anhu- beliau mengatakan:
«أَخْبَرَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ، لَا شُعَاعَ لَهَا»
“Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam- pernah mengabarkan kepada kami bahwa (pagi hari setelah malam lailatul qodar, pent.) matahari terbit tanpa cahaya (yang menyilaukan, pent.).”
[ HR. Muslim no.762-(220) ] , Derajatnya: Shohih.
Dalam Riwayat Ahmad no. 21197 & 21209 dan Abu Dawud no. 1378, terdapat tambahan;
«صَبِيحَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ تَطْلُعُ الشَّمْسُ لَا شُعَاعَ لَهَا، كَأَنَّهَا طَسْتٌ حَتَّى تَرْتَفِعَ »
”Pagi hari (setelah) malam lailatul qodar matahari terbit tanpa cahaya (yang menyilaukan, pent.), seolah-olah seperti baskom dari tembaga, sampai menjulang tinggi.”
[ Lafadz tersebut diambil dari “Musnad Ahmad” , Dan dishohihkan Asy-Syaikh Al-Albani –rohimahullah- dalam Shohih Al-Jami’ no. 3754 ]
Adapun warna merah matahari telah disebutkan dalam riwayat Al-Baihaqi dan Ath-Thoyalisi dari shahabat Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhu di atas. Silahkan melihat pembahasan ciri yang kedua.
〰〰〰〰〰
Catatan:
Ada beberapa tanda yang disebutkan dalam beberapa hadits seperti; tidak ada awan, tidak ada hujan, tidak ada angin, tidak ada meteor,… ; namun riwayat-riwayat tersebut lemah. [ Lihat ”Adh-Dhoifah” 4404. ]
Yang jelas, sebagian dari tanda-tanda tersebut muncul setelah berlalunya malam lailatul qodar.
Kita hanya bisa berusaha untuk memaksimalkan pencarian tersebut pada sepuluh hari terakhir bulan Romadhon seluruhnya. Agar tidak terluput sedikitpun satu malam yang kita lewati.
Tak lupa, kita memohon kepada Allah -Ta’ala- agar bisa mendapatkan malam ‘lailatul qodar’ tersebut beserta ampunan yang dijanjikan-Nya, Aamiin.
Wallahu a’lamu bisshowab. (AH)
Sumber:
Channel Telegram @yookngaji
DO’A YANG DIPANJATKAN PADA MALAM LAILATUL QADR
Asy-Syaikh Shalih Fauzan bin Abdillah al Fauzan hafizhahullahPertanyaan:
ما هو الدعاء الذي يستجاب في ليلة القدر وإذا الإنسان صادف هذه الليلة ما الدعاء المشروع؟
Apa d’oa yang mustajab dan disyariatkan ketika seseorang menghadapi malam lailatul qodr?
Jawaban:
Aisyah radiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
إذا أدركت ليلة القدر ما ذا تقول
Jika saya menjumpai malam lailatul qadr do’a apa yang harus saya ucapkan?
Beliau menjawab. Ucapkanlah;
( اللهم انك عفو تحب العفو فاعفو عني )،
“Allahumma innaka afuwun tuhibbul afwa fa’fuanni”
ويكرر هذا الدعاء وما تيسر معهُ من الأدعية الصالحة والأدعية كثير والحمد لله، الأدعية القرآنية والأدعية النبوية أو ما يسر الله لهُ من الدعاء الموافق من الكتاب والسنة.
Dan hendaknya dia mengulang-ulang do’a ini dan juga berdoa dengan do’a-do’a yang mudah baginya dari do’a-do’a yang baik, dan alhamdulillah do’a-do’a (yang baik) itu sangat banyak baik do’a yang bersumber dari Al Qur’an atau dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam atau do’a yang sesuai dengan al Kitab dan Sunnah.
Sumber || http://www.alfawzan.af.org.sa/print/15614
Kunjungi || http://forumsalafy.net/doa-yang-dipanjatkan-pada-malam-lailatul-qadr/
WhatsApp Salafy Indonesia
Channel Telegram || http://bit.ly/ForumSalafy
💎💎💎💎💎💎💎💎💎
LAILATUL QODAR ADALAH KAROMAH
HENDAKLAH DIRAHASIAKAN
Imam An-Nawawiy -rohimahulloh- berkata :
"Disukai bagi orang yang melihatnya agar menyembunyikannya"
(Al-Majmu' 6/453)
Yang demikian itu karena :
1. Karena lailatul qodar adalah karomah, dan karomah hendaknya disembunyikan tidak diumumkan.
2. Agar tidak muncul perasaan bangga diri dan riya'. Dan agar dia tidak mengganggap -ketika telah mendapatkannya- hal itu disebabkan karena dirinya termasuk orang yang memiliki martabat yang tinggi dan derajat yang mulia.
3. Agar tidak menghalangi dan menjadikan orang lain lemah semangat.
4. Agar dirinya terhindar dari kedengkian orang lain.
Dinukil dari : Majmu'ah Al-Jarh Wat-ta'dil
يقول النووي رحمه الله:
(( ويستحب لمن رآها كتمها ))
المجموع 6/453
وذلك لأسباب:
1- لأنها كرامة والكرامات تخفى لا تعلن
2- لئلا يدخله العجب والرياء ويحسب أنه رآها لأنه من أهل المراتب العالية والدرجات السامية
3- لئلا يثبط الناس ويكسلهم عن الاجتهاد
4- حفظا لنفسه من حسد الناس
🏅مجموة الجرح والتعديل
Join Channel Telegram :
http://telegram.me/KEUTAMAANILMU
http://telegram.me/SERIAKHLAQULKARIMAH
TINGGINYA SEMANGAT PARA SALAF
Dimana kita di banding dengan semangat yang tinggi ini !!!Al-imam Ibnul Qayyim _rahimahullah_ berkata:
Sekiranya untuk mendapatkan satu malam Lailatul Qadr harus mencarinya dalam setahun, maka aku akan berdiri setahun hingga aku mendapatkannya.
Lalu bagaimana menurutmu, jika malam Lailatul Qadr bisa didapatkan di 10 terakhir ramadhan?!!
Sumber: "Badai' al-fawaid" hal (55)
➖➖➖➖➖➖
@ManhajulAnbiya
@FiqihPuasaRamadhan
Bagaimana Seseorang Tahu Bahwa Dirinya Mendapatkan Lailatul Qadr?
Asy-Syaikh al-‘Allamah Muhammad Nashiruddin al-Albani hafizhahullahPertanyaan
Bagaimana seseorang muslim bisa mengetahui bahwa dia telah menepati Lailatul Qadr, dengan upaya dia mencari pada malam-malam yang telah disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Al-‘Allamah al Albani rahimahullah menjawab :
“Itu merupakan perkara yang dirasakan oleh hati, yang dirasakan oleh setiap orang yang diberi nikmat oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala kepadanya berupa bisa melihat (mendapatkan) Lailatul Qadr.
Karena seseorang pada malam-malam (10 terakhir) tersebut berkosentrasi untuk beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla, berdzikir dan shalat. Maka Allah ‘Azza wa Jalla tampakkan kepada sebagian hamba-Nya dengan perasaan yang tidak seperti biasanya. Sampai-sampai orang-orang shalih pun, dia tidak merasakan pada semua waktunya.
Perasaan inilah yang mungkin untuk dijadikan sandaran, bahwa orangnya melihat (mendapatkan) Lailatul Qadr.
Sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha telah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamdengan sebuah pertanyaan yang menunjukkan bahwa seseorang merasakan bisa melihat Lailatul Qadr merupakan suatu yang memungkinkan. Yaitu tatkala ‘Aisyah menyampaikan pertanyaannya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam “Wahai Rasulullah, Apabila aku melihat Lailatul Qadr maka apa yang seharusnya aku ucapkan?”
Nabi menjawab, “Ucapkanlah :
اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau pema’af, suka pada ma’af, maka ma’afkanlah aku.”
Pada hadits ini ada dua faidah,
Pertama, Bahwa seorang muslim memungkinkan untuk bisa merasakan secara pribadi bahwa dirinya telah mendapatkan Lailatul Qadr.
Kedua, Bahwa seorang muslim apabila merasakan itu (bahwa dirinya mendapatkan Lailatul Qadr) maka do’a terbaik yang dia ucapkan adalah do’a tersebut.
Dalam kesempatan ini, dalam kitab kami at-Targhib – pada sebagian durus terakhir – terdapat faidah :bahwa sesuatu terbaik yang diminta oleh seorang manusia kepada Rabb-nya Tabaraka wa Ta’ala adalah : permohonan ma’af dan ‘afiyah(penjagaan) di dunia dan di akhirat.
Ya, pada Lailatul Qadr terdapat beberapa tanda dan alamat yang tampak. Namun tanda-tanda tersebut bisa jadi tidak semua orang yang mengetahui Lailatul Qadr tersebut bisa melihat semua tanda-tanda tersebut.
Karena tanda-tanda tersebut sebagiannya berkaitan dengan cuaca global di luar. Misalnya, tandanya adalah malam tersebut tidak terlalu dingin dan tidak terlalu panas, namun pertengahan. Bisa jadi seseorang berada dalam cuaca yang tidak memungkinkan bisa merasakan kondisi cuaca alami di negeri tersebut. demikian pula ada pula tanda-tanda yang terjadi setelah berlalunya Lailatul Qadr tersebut.
Tanda-tanda tersebut terdapat pada pagi harinya, ketika matahari terbit. Yaitu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan bahwa Lailatul Qadr pagi harinya matahari terbit seperti bejana – seperi bulan – tidak ada sinar yang menyilaukan.
Demikianlah kondisi matahari ketika terbit pada pagi hari Lailatul Qadr. Tanda ini bisa jadi terlihat oleh sebagain orang shalih, yang memiliki perhatian untuk mengamati tanda-tanda tersebut pada banyak Lailatul Qadr.
Yang penting, bagi seorang yang beribadah, tidak perlu berpegang pada tampaknya tanda-tanda seperti itu. Karena tampaknya tanda-tanda tersebut bersifat umum, yakni itu pembawaan cuaca.
Tidak semua orang yang berada pada cuaca tersebut bisa melihat Lailatul Qadr. Yakni bisa jadi, seorang yang berada pada tingkat kejernihan jiwa, pada salah satu kesempatan dari malam yang penuh barakah tersebut, yaitu Allah dengan rahmat dan fadhilah-Nya menampakkan padanya, mengilhamkan dan menguatkan dengan tanda-tanda di atas, dan tanda-tanda lainnya.
Jadi, tanda-tanda yang tampak itu, tidak menunjukkan bahwa siapa yang menyaksikannya dan mengalaminya berarti dia telah telah melihat (mendapatkan) Lailatul Qadr. Ini permasalahan yang jelas.
Namun, satu kondisi yang seseorang mendapati dalam dirinya kejernihan ruhiyyah dan perasaan melihat (mendapati) Lailatul Qadr, dia mengarahkan kepada Allah permintaan (do’a)nya sebagaimana ketentuan syari’at. Inilah sisi yang semestinya kita dengungkan dan kita pentingkan. Semoga Allah mengkarunikan kepada kita malam tersebut.*
Dari kaset : Muhadharat Mutafarriqah no. 360
http://www.manhajul-anbiya.net/bagaimana-seseorang-tahu-bahwa-dirinya-mendapatkan-lailatul-qadr/
@FiqihPuasaRamadhan
KOMENTAR