Tafsir Salaf Tentang Akhlak yang Baik, kata mutiara tentang akhlak yang baik
TAFSIR SALAF TENTANG AKHLAK YANG BAIK
Berkata al-Imam 'Abdurrahman ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullah:Dikeluarkan oleh al-Imam Ahmad, Abu Daud, dan at-Tirmidzi dari hadits Abu Darda' dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
«مامن شيء يوضع في الميزان أثقل من حسن الخلق، وإن صاحب حسن الخلق ليبلغ به درجة صاحب الصوم والصلاة»
"Tidaklah dari sesuatu yang diletakan dalam timbangan (ada yang) lebih berat daripada akhlak yang baik, karena pemilik akhlak yang baik akan mencapai derajat orang yang puasa (puasa-puasa sunnah) dan orang yang sholat (sholat-sholat sunnah)."
Dan telah diriwayatkan dari salaf tentang tafsir akhlak yang baik, diriwayatkan dari Hasan berkata:
حسن الخلق: الكرم والبذلة والاحتمال.
"Akhlak yang baik yakni dermawan, menolong (dengan tenaga), dan memikul beban (orang lain)."
Dan dari asy-Sya'bi berkata:
حسن الخلق: البذلة والعطية والبشر الحسن.
"Akhlak yang baik yakni mengeluarkan tenaganya (membantu orang lain), memberikan harta, dan muka yang ceria."
Ibnul Mubarok berkata (tentang akhlak yang baik):
هو بسط الوجه، وبذل المعروف، وكف الأذى.
"Wajah yang ceria, memberikan kebaikan-kebaikan, dan menahan (tidak mengganggu) orang lain."
Dan berkata al-Imam Ahmad:
حسن الخلق أن لا تغضب ولا تحتد، وعنه أنه قال: حسن الخلق أن تحتمل مايكون من الناس.
"Akhlak yang baik yakni engkau tidak marah dan tidak dendam, dan akhlak baik yakni engkau ikut memikul beban dari manusia."
Dan berkata Ishaq bin Rahuyah (tentang akhlak yang baik):
هو بسط الوجه، وأن لاتغضب، ونحو ذلك قال محمد بن نصر.
"Muka yang ceria dan engkau tidak marah, dan semisal itu disebutkan pula oleh Muhammad bin Nashr."
Dan berkata sebagian ahli ilmu:
حسن الخلق كظم الغيظ للّه، وإظهار الطلاقة والبشر إلاّ للمبتدع والفاجر، والعفو عن الزالين إلا تأديبا أو إقامة حد وكف الأذى عن كل مسلم أو معاهد إلاّ تغيير منكر أو أخذا بمظلمة لمظلوم من غير تعد.
"Akhlak yang baik yakni menahan marah karena Allah ta'ala, dan menampakan wajah ceria kecuali kepada ahli bid'ah dan orang-orang fajir, dan memaafkan orang yang tergelincir (salah) kecuali sebagai hukuman atau menegakan hukum had, (akhlak baik) tidak mengganggu kaum muslimin bahkan terhadap kafir muahad (orang kafir yang terikat perjanjian damai dengan muslimin) kecuali kalau untuk merubah kemungkaran atau membela orang yang terdzholimi tanpa melampaui batas."
[Kutipan kajian ilmiyyah "Kitab Jami'ul 'ulum wal Hikam Syarh Hadits 18" oleh al-Ustadz Muhammad Assewed, Selasa (pagi) 05 Sya'ban 1438 H / 02 Mei 2017 M di Kediaman beliau حفظه اللّه]
al-Atsary Majalengka
Channel Telegram || t.me/salafymajalengka
KOMENTAR