Hukum Membaca Kitab Ulama' Sebelum Menyimpang, seperti Ibrahim Ar-Ruhaily.
Hukum Membaca Kitab Ulama' Sebelum Menyimpang
Bismillah.., Ustadz, apakah boleh seseorang merujuk kepada kitab Ibrahim Ar-Ruhaily sebelum dia menyimpang?Dijawab oleh: Al Ustadz Abu Abdirrahman Sofyan Hafidzahullah.
Yang didapatkan dari bimbingan ulama dan masyayaikh dalam hal ini secara umum baik terhadap Ibrahim arRuhaili atau yang semisalnya; bahwa menyikapi karya mereka yang dulu pernah berjalan di atas sunnah namun kemudian menyimpang adalah dengan tidak membacanya.
Penjabarannya dalam poin-poin panduan berikut, _wallahulMuwaffiq_:
1. Harus jelas yang akan mengambil faidah dari karya tersebut. Syaikh Ubaid alJabiri hafidzahullah dalam salah satu fatwa pada situs Miraath secara makna beliau memberikan kelonggaran bagi (ahli ilmu atau penuntut ilmu tingkat tinggi) yang bisa memilah mana yang salah dari yang benarnya. Adapun untuk tingkat menengah apalagi pemula, tidak diperbolehkan membaca/mengkajinya.
Dikhawatirkan apa yang disangka kebenaran justru merupakan cikal-bakal penyimpangan.
2. Penting untuk disadari bahwa banyak pihak yang menyimpang, ternyata memang sudah memiliki pemahaman yang salah dan berbahaya sejak dulu. Dan sebagiannya ada pada karya-karya mereka yang belum/tidak dikoreksi para ulama. Selama potensi semacam ini ada, maka sangat berbahaya membaca karya mereka, walaupun ditulis saat mereka dikenali masih berjalan bersama manhaj para ulama.
3. Kalaupun apa yang ada pada karya tulis pihak yang telah menyimpang tersebut memang ada kebaikan secara ilmiah, maka *kita meninggalkan dia dan karya-karyanya bukan semata karena isinya namun sebagai konsekwensi hukuman (sekaligus pelajaran) hajr (boikot) yang disyariatkan terhadap pengusung pemikiran bid'ah*.
Sebagaimana dinukilkan dari kitab _alLubab min Nashoih asySyaikh Robi'_ (alMadkholi hafidzahullah) _'ala asySyabab_:
ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺍﻧﺘﺸﺮ ﺷﺮﻩ ﻭﺍﺳﺘﻔﺤﻞ ﻭﻋﺎﻧﺪ ﻭﺍﺳﺘﻜﺒﺮ ﻭﺃﺑﻰ ﺃﻥ ﻳﻌﻮﺩ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺼﻮﺍﺏ ﻓﻬﺬﺍ ﻣﻦ ﻋﻘﻮﺑﺎﺗﻪ ﺃﻻ ﻳُﻘﺒَﻞ ﻣﻨﻪ ﺍﻟﺤﻖ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻝ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺴﻠﻒ : ﻣﻦ ﻋﻘﻮﺑﺔ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺒﺪﻉ ﺃﻥ ﻻ ﻳُﻘﺒَﻞ ﻣﻨﻬﻢ ﺍﻟﺼﺪﻕ
"Dan apabila telah tersebar keburukannya dan telah meruncing, dan (justru) dia berkeras kepala (menentang nasehat) serta bersikap arogan dan tidak sudi kembali kepada yang benar, maka yang seperti ini sebagai hukuman baginya *tidak diterima kebenaran darinya* sebagaimana dikatakan sebagian (ulama) salaf: " *_termasuk hukuman bagi ahli bid'ah adalah tidak (lagi) diterima kejujurannya_* "." - selesai penukilan -
Jadi ditegaskan bahwa *kita tidak membaca karya mereka (walaupun mungkin berupa kebenaran), bukan karena kebencian kita terhadap isi karyanya, namun sebagai pelaksanaan prinsip hajr (boikot) terhadap mereka*. Ini bersumber dari prinsip _alwala' dan albaro'_ yang jelas merupakan tali keimanan yang paling kuat. Bagaimana mungkin prinsip dasar ini akan tegak jika kita membaca karya mereka? Sangat dikhawatirkan akan muncul perasaan kagum, syukur dan akhirnya simpati, _allahulmusta'an_.
4. Maksud tahdzir (peringatan) adalah agar dijauhi. Maka membaca karya pihak yang telah ditahdzir oleh para ulama, sama saja dengan mengabaikan peringatan itu. Relakah kita menjadi kalangan yang mengabaikan bimbingan pewaris para nabi? Tentu tidak.
5. Kaidah "menghindari bahaya lebih dikedepankan daripada upaya meraih kebaikan" perlu diterapkan dalam hal ini.
Betapa banyak kasus, berawal membaca berujung simpati dan akhirnya membela.
6. Apabila kegiatan membaca dari karya mereka tersebut diketahui oleh pihak lain, maka bahayanya lebih besar. Bisa jadi kita tetap terpatri kebencian kepada penulis, namun apakah ada jaminan orang lain yang mengetahuinya juga memiliki sikap yang sama dengan kita? Jangan menjerat pihak lain dengan sikap gegabah kita.
Pelajaran terkait poin 5 & 6 ini:
Syaikh Muhammad Umar bazmul mengingatkan kita dengan cuplikan nasehat beliau:
... ﻭﺗﺬﻛﺮ ﺃﻥ ﺳﺒﺐ ﺍﺗﺒﺎﻉ ﺃﺑﻲ ﺫﺭ ﺍﻟﻬﺮﻭﻱ ﻟﻸﺷﻌﺮﻳﺔ ﺃﻧﻪ ﺷﺎﻫﺪ ﺷﻴﺨﻪ ﺍﻟﺪﺍﺭﻗﻄﻨﻲ ﻳﺴﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺒﺎﻗﻼﻧﻲ ﻭﻳﻌﻈﻤﻪ .
"... dan ingatlah oleh anda, bahwa sebab Abu Dzar alHarowi mengikuti (baca: menyeberang manhaj) Asy'ariyyah adalah karena dia pernah melihat gurunya, adDaruquthni menyampaikan salam kepada alBaqilaniy dan menghormatinya."
7. Para ulama meyakinkan kita, bahwa *karya ahlussunnah adalah lebih baik dan sangat mencukupi bagi kita, sehingga tidak lagi membutuhkan karya pihak yang telah menyimpang*.
Semoga kita semua senantiasa dikokohkan di atas manhaj yang benar.
_Wallahu a'lam_.
sumber bacaan:
https://www.sahab.net/forums/index.php?app=forums&module=forums&controller=topic&id=143439.
=======================
http://telegram.me/alistiqomah
Sumber: t.me/pencari |
KOMENTAR