Kisah Abu Qilabah yang tidak punya kaki dan tangan dalam gubuk, hamba yang penuh sabar dan syukur.
Cabin snow mountain by unsplash |
SEPENGGAL KISAH ABU QILABAH -RAHIMAHULLAH-
Ibnu Hibban dalam kitab beliau Ats-Tsiqat, menyebutkan bahwa suatu hari Abdullah bin Muhammad keluar untuk mengawasi daerah pantai. Dia melihat ada sebuah kemah, di dalamnya ada seorang yang telah hilang kedua kaki dan tangannya. Mata dan telinganya telah melemah. Satu-satunya anggota badan yang masih bisa dimanfaatkan adalah lisannya. Orang itu berkata, "Ya Allah tunjukilah aku untuk memuji Mu, agar aku bisa mensyukuri nikmat yang telah Engkau berikan padaku. Dan karena Engkau telah melebihkanku atas hamba-Mu yang lain".
Mendengar perkataan itu Abdullah merasa takjub dan berniat untu mendatangi orang itu. Setelah bertemu, Abdullah bertanya kepadanya, "Nikmat apa yang telah Allah berikan kepadanya. Dan apa yang membuatnya utama dari pada yang lain?".
Orang itu berkata, "Tidakkah engkau melihat apa yang telah Rabbku perbuat? Demi Allah, seandainya Dia mengirim api dari langit hingga memerintahkan membakarku gunung agar menindihku hingga hancur memerintahkan laut menenggelamkanku agar memerintahkan bumi agar menelanku semua itu hanyalah akan menambah rasa syukurku kepada-Nya. Karena Dia telah memberikan kenikmatan kapadaku berupa lisan ini".
Ia melanjutkan, "Wahai hamba karena engkau telah mendatangiku maka aku memerlukan bantuanmu Engkau telah melihat keadaanku. Aku tidak mampu untuk mencegah gangguan dan tidak mampu berbuat apa-apa. Aku memiliki seorang putra yang selalu melayaniku. Saat tiba waktu shalat, dia mewudhukanku. Saat aku lapar, dia memberiku makan. Dan saat aku haus, dia memberiku minum. Namun, sudah tiga hari ini aku kehilangan dia. Maka tolong carikan kabar tentangnya, semoga Allah merahmatimu."
Maka Abdullah bin Muhammad pergi mencari putra orang itu. Belum jauh ia berjalan, ternyata ia mendapati di suatu gundukan pasir, putra orang itu telah diterkam binatang buas.
Ia langsung beristija' (mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun). Ia berpikir keras bagaimana cara mengabarkan hal itu. Lalu, saat dia kembali menemui orang tadi muncul dalam benaknya untuk menyebutkan kisah Nabi Ayyub 'alahi salam.
Setelah bertemu, Abdullah mengucapkan salam kepadanya. Setelah menjawab salam, itu menanyakan kabar anaknya. Mulailah Abdullah berkata, "Apakah engkau lebih mulia di sisi Allah ataukah Nabi Ayyub?" Ia menjawab, "Tentu Nabi Ayyub". Abdullah berkata, "Tahukah engkau cobaan yang telah Allah berikan kepada Nabi Ayyub? Bukankah Allah mengujinya dengan kehilangan harta, keluarga, serta anaknya?". Orang itu berkata, "Tentu aku tahu".Abdullah berkata, "Bagaimanakah sikap Nabi Ayub terhadap cobaan tersebut?", ia berkata, "Nabi Ayyub bersabar bersyukur, dan memuji Allah". Abdullah berkata lagi, "Tidak hanya bahkan ia dijauhi oleh karib kerabat serta sahabat-sahabatnya" ia berkata, "Benar," Abdullah berkata, "sikapnya?" Ia berkata, "Bersabar, bersyukur, dan memuji Allah," Abdullah berkata, "Tidak hanya Allah menjadikan ia menjadi bahan ejekan dan gunjingan orang orang yang lewat di jalan. Tahukah engkau akan hal itu?" Ia berkata, "lya", Abdullah berkata, "Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub?". Ia berkata, "Ia bersabar bersyukur, dan memuji Allah. Langsung jelaskan maksudmu!. Semoga Allah merahmatimu.
Mendengar perkataan itu Abdullah merasa takjub dan berniat untu mendatangi orang itu. Setelah bertemu, Abdullah bertanya kepadanya, "Nikmat apa yang telah Allah berikan kepadanya. Dan apa yang membuatnya utama dari pada yang lain?".
Orang itu berkata, "Tidakkah engkau melihat apa yang telah Rabbku perbuat? Demi Allah, seandainya Dia mengirim api dari langit hingga memerintahkan membakarku gunung agar menindihku hingga hancur memerintahkan laut menenggelamkanku agar memerintahkan bumi agar menelanku semua itu hanyalah akan menambah rasa syukurku kepada-Nya. Karena Dia telah memberikan kenikmatan kapadaku berupa lisan ini".
Ia melanjutkan, "Wahai hamba karena engkau telah mendatangiku maka aku memerlukan bantuanmu Engkau telah melihat keadaanku. Aku tidak mampu untuk mencegah gangguan dan tidak mampu berbuat apa-apa. Aku memiliki seorang putra yang selalu melayaniku. Saat tiba waktu shalat, dia mewudhukanku. Saat aku lapar, dia memberiku makan. Dan saat aku haus, dia memberiku minum. Namun, sudah tiga hari ini aku kehilangan dia. Maka tolong carikan kabar tentangnya, semoga Allah merahmatimu."
Maka Abdullah bin Muhammad pergi mencari putra orang itu. Belum jauh ia berjalan, ternyata ia mendapati di suatu gundukan pasir, putra orang itu telah diterkam binatang buas.
Ia langsung beristija' (mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun). Ia berpikir keras bagaimana cara mengabarkan hal itu. Lalu, saat dia kembali menemui orang tadi muncul dalam benaknya untuk menyebutkan kisah Nabi Ayyub 'alahi salam.
Setelah bertemu, Abdullah mengucapkan salam kepadanya. Setelah menjawab salam, itu menanyakan kabar anaknya. Mulailah Abdullah berkata, "Apakah engkau lebih mulia di sisi Allah ataukah Nabi Ayyub?" Ia menjawab, "Tentu Nabi Ayyub". Abdullah berkata, "Tahukah engkau cobaan yang telah Allah berikan kepada Nabi Ayyub? Bukankah Allah mengujinya dengan kehilangan harta, keluarga, serta anaknya?". Orang itu berkata, "Tentu aku tahu".Abdullah berkata, "Bagaimanakah sikap Nabi Ayub terhadap cobaan tersebut?", ia berkata, "Nabi Ayyub bersabar bersyukur, dan memuji Allah". Abdullah berkata lagi, "Tidak hanya bahkan ia dijauhi oleh karib kerabat serta sahabat-sahabatnya" ia berkata, "Benar," Abdullah berkata, "sikapnya?" Ia berkata, "Bersabar, bersyukur, dan memuji Allah," Abdullah berkata, "Tidak hanya Allah menjadikan ia menjadi bahan ejekan dan gunjingan orang orang yang lewat di jalan. Tahukah engkau akan hal itu?" Ia berkata, "lya", Abdullah berkata, "Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub?". Ia berkata, "Ia bersabar bersyukur, dan memuji Allah. Langsung jelaskan maksudmu!. Semoga Allah merahmatimu.
Maka, Abdullah pun menjelaskan, "Sesungguhnya temukan keadaan telah pasir dalam diterkam binatang buas. Semoga Allah melipatgandakan pahala dan menyabarkanmu". orang itu berkata, "Segala puji bagi Allah yang tidak menciptakan untukku keturunan yang bermaksiat kepada- Nya lalu la menyiksanya dengan api neraka."
Ia pun ber-istirja' lalu menarik nafas panjang, kemudian meninggal dunia. Abdullah ber-istirja' kemudian menyelimutinya dengan kain yang ada ditubuhnya. Ia duduk di dekat kepalanya seraya menangis. Tiba tiba datanglah empat orang. Salah seorang dari mereka bertanya, "Hai Abdullah, ada apa denganmu?" Maka Abdullah menceritakan peristiwa yang baru dialaminya.
Lalu mereka berkata, "Bukalah wajah orang itu, siapa tahu kami mengenalnya". Lantas Abdullah pun membuka wajahnya. Seketika mereka pun bersungkur mencium kening dan kedua tangannya Mereka berkata, "Demi Allah, matanya selalu tunduk, berpaling dari melihat hal hal yang diharamkan oleh Allah. Demi Allah, tubuhnya selalu sujud tatkala orang-orang nyenyak dalam tidur" Abdullah bertanya kepada mereka. "Siapakah orang ini?," Mereka berkata, "Abu Qilabah Al-Jarmi, Murid Ibnu Abbas la sangat cinta kepada Allah dan Rasul-Nya"
Lalu mereka memandikan dan mengafani Abu Qilabah dengan pakaian yang mereka pakai. Mereka menshalati jenazah mulia tersebut dan menguburkannya. Kemudian mereka pergi. Malam harinya, saat Abdullah tidur, ia bermimpi melihat orang tadi berada taman surga. Ia memakai dua lembar kain dari kain surga sambil membaca firman Allah
سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
"Keselamatan bagi kalian (dengan masuk ke dalam surga), karena kesabaran kalian, Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu." [QS. Ar-Ra'd:24]
"Keselamatan bagi kalian (dengan masuk ke dalam surga), karena kesabaran kalian, Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu." [QS. Ar-Ra'd:24]
Abdullah bertanya kepadanya, "Bukankah engkau adalah orang yang aku temui tadi siang?. la berkata, "Benar". Abdullah berkata, "Bagaimana engkau bisa memperoleh semua ini. Ia berkata,
"Sesungguhnya Allah menyediakan derajat derajat kemuliaan yang tinggi, yang tidak bisa diperoleh kecuali dengan sikap sabar tatkala ditimpa bencana, dan rasa tatkala lapang disertai rasa takut kepada Allah baik dalam keadaan bersendirian maupun di depan khalayak ramai"
Subhanallah,
Sumber: Majalah Qudwah Edisi 5 Vol 01 2013 - Disalin oleh www.happyislam.com
Judul Asli: Hamba yang Penuh Syukur
Penulis: Ummu Umar
Sistematika penulisannya akh,sudah bagus.namun lebih bagus lagi kalau kesalahan yang ada diperbaiki.Barrokallahufiikum.
BalasHapusMasya Allah..
BalasHapusSekadar ingin memberi masukan, kalau bisa penulisannya dibuat lebih rapi lagi min. Barakallahu fiikum.