SELEKTIF DALAM MENUKIL dan MENG-COPAS/SHARE, Jangan mudah kagum pada ucapan seseorang sampai memperhatikan hal ini.
SELEKTIF DALAM MENUKIL dan MENG-COPAS/SHARE
Sumber background : https://pixabay.com/en/computational-office-table-keyboard-2048167/ |
Sebelum engkau menukil apa saja ke dalam WhatsApp atau MedSos lainnya, terapkanlah wasiat dari asy-Syaikh Shalih al-Fauzan _hafizhahullah_
"(Berikut ini) adalah wasiat yang agung:
Apabila engkau terkagum dengan ucapan seseorang dalam perkara agama.
Adapun ucapan dalam perkara dunia, maka bukan pembahasan kita.
(Pembahasan kita adalah) Jika engkau terkagum dengan ucapan seseorang dalam perkara agama, maka janganlah engkau terburu-buru (menukilnya) sampai engkau melihat padanya poin-poin berikut ini:
Apakah ucapan tersebut di bangun di atas kebenaran dan dalil?
Ataukah ucapan itu berasal kepala dan pendapat sendiri? Jika kondisinya seperti ini, maka ucapannya ibarat buih yang tiada artinya..
Maka tinggalkan ucapannya.
Adapun jika ucapan tersebut dibangun di atas Al-Quran dan as-Sunnah, maka ini kebenaran.
Namun demikian janganlah terburu-buru dalam menukil sebuah ucapan tanpa memikirkan dan mempedulikannya terlebih dahulu. Meskipun engkau terkagum dengan kefasihannya, retorika dan daya tariknya.
Jangan terburu-buru dalam menukilnya.
Sampai engkau melihat dan meninjau ulang ucapan tersebut berdasarkan Al-Qur'an dan as-Sunnah.
Lihatlah juga, siapakah yang mengucapkannya?
Apakah dia seorang faqih ataulah bukan seorang faqih?
(Jangan terburu menukil darinya) sampai engkau menanyakan tentangnya kepada seorang yang berilmu.
...dan sampai engkau lihat, apakah ada seseorang dari salaf yang pernah mengucapkannya, atau mereka tidak pernah mengucapkannya?
Ini adalah yang saya telah sering mengingatkan hal ini berkali-kali..
Maka saya katakan:
Janganlah kalian mengadakan pikiran-pikiran, pendapat-pendapat, dan ucapan-ucapan baru, yang tidak pernah ada pendahulunya.
Ambillah teladan dari para salaf dan dari ucapan mereka.
Jika engkau mendatangkan sesuatu, yang belum pernah seorangpun (dari salaf) mengucapkannya maka sesuatu tersebut akan menjadi tidak wajar, dan bahayanya lebih besar dari pada manfaatnya.
Ucapan para shahabat adalah sebagai tolak ukur. Karena mereka adalah para murid Rasulullah _shallallahu 'alaihi wa sallam_..
Lihat ucapan mereka dalam menafsirkan sebuah ayat, bagaimanakah mereka menafsirkannya.
Lihat pula ucapan mereka dalam menjelaskan hadits, bagaimanakah mereka menjelaskannya.
Ambillah ucapan mereka dan tafsir mereka. Karena mereka adalah generasi yang paling dekat dengan kebenaran dibanding generasi setelah mereka, karena mereka adalah para murid Rasulullah _shallallahu 'alaihi wa sallam_.
Mereka mendengar dan mengambil tentang tafsir secara langsung dari Rasul _shallallahu 'alaihi wa sallam_, sehingga mereka adalah generasi yang paling dekat dengan kebenaran.
Maka tidak benar orang yang mengatakan: bahwa, Para shahabat sudah tidak lagi dianggap. Mereka adalah generasi (yang telah berlalu), pemikiran/pendapat mereka berlaku untuk mereka sendiri, sedangkan kita pun adalah generasi, bagi kita pendapat kita. Zaman sudah berubah..!!"
Sumber: "Ithaf al-Qaari bi -at-Ta'liqat 'ala syarhis sunnah li al-Barbahary"
(1/8-88)
Majmu'ah Manhajul Anbiya
Join Telegram https://tlgrm.me/ManhajulAnbiya
Situs Resmi http://www.manhajul-anbiya.net
Jazakallah Khairan
BalasHapus