Hukum cerita porno / seks menurut islam, hukum menceritakan tentang jima' suami istri
HUKUM CERITA PORNO
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :َ (إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِي إِلَيْهِ ثُم َّيَنْشُرُ سِرَّهَا)
"Sesungguhnya diantara sejelek-jelek kedudukan manusia di sisi Allah di hari kiamat nanti adalah seorang suami yang mengauli isterinya dan isterinya bergaul dengannya kemudian dia menyebarkan rahasia (isterinya)." (HR. Muslim no. 1437)
Berkata Al-Imam An-Nawawy rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim :
"Pada hadits ini terdapat penjelasan tentang haramnya seorang suami menyebarkan apa yang terjadi antara dia dengan isterinya dari perkara-perkara hubungan suami isteri dan menyebutkan rincian apa yang dilakukan oleh isterinya berupa kata-kata (suara) atau perbuatan dan semisalnya.
Adapun sekedar menyebut-nyebut tentang jimak, maka jika tidak ada padanya manfaat dan keperluan, maka hukumnya makruh sebab hal tersebut menyelisihi muru'ah¹).
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda bahwa: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat maka hendaklah dia berbicara yang baik atau (jika tidak), maka hendaknya dia diam."
Adapun jika perlu untuk disebutkan atau ada faedah jika disebutkan, dimana berpalingnya (seorang suami) dari isterinya yang hendak diingkari, atau sang isteri mengaku bahwa suaminya itu tidak kuat dalam jimak, atau semacamnya, maka tidaklah dimakruhkan untuk disebut, sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadits beliau:
"Hal itu aku lakukan bersama dia ini"²). Dan beliau mengatakan kepada Abu Thalhah: "Kalian bermalam pengantin (berhubungan) tadi malam?"³). Dan beliau berkata kepada Jabir radhiyallahu 'anhu: "(Kalau tiba dirumah), maka jimak, jimak"⁴). Wallahu a'lam".
Sumber: https://pixabay.com/en/currant-berry-a-bunch-of-health-1496075/ |
🇸🇦 🔁🇵🇱
( بَابُ تَحْرِيمِ إِفْشَاءِ سِرِّ الْمَرْأَةِ )
م/: [١٤٣٧] قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم:
َ (إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللَّهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِي إِلَيْهِ ثُم َّيَنْشُرُ سِرَّهَا) .
قال النووي في شرح صحيح مسلم:
وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ تَحْرِيمُ إِفْشَاءِ الرَّجُلِ مَا يَجْرِي بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ مِنْ أُمُورِ الِاسْتِمْتَاعِ وَوَصْفِ تَفَاصِيلِ ذَلِكَ وَمَا يَجْرِي مِنَ الْمَرْأَةِ فِيهِ مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ وَنَحْوِه.
ِ فَأَمَّا مُجَرَّدُ ذِكْرِ الْجِمَاعِ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ فِيهِ فَائِدَةٌ وَلَا إِلَيْهِ حَاجَةٌ فَمَكْرُوهٌ لِأَنَّهُ خِلَافُ ُ الْمُرُوءَةِ .
وَقَدْ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت.
ْ وَإِنْ كَانَ إِلَيْهِ حَاجَةٌ أَوْ تَرَتَّبَ عَلَيْهِ فَائِدَةٌ بِأَنْ يُنْكَرَ عَلَيْهِ إِعْرَاضُهُ عَنْهَا أَوْ تَدَّعِيَ عَلَيْهِ الْعَجْزَ عَنِ الْجِمَاعِ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ فَلَا كَرَاهَةَ فِي ذِكْرِهِ كَمَا قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَفْعَلُهُ أَنَا وَهَذِه.ِ وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَبِي طَلْحَةَ أَعْرَسْتُمُ اللَّيْلَةَ. وَقَالَ لِجَابِرٍ الْكَيْسَ الْكَيْس.َ وَاللَّهُ أَعْلَمُ.
_______
👣 Catatan kaki :
¹) Dalam Al-Mu'jamul Wasith, Muru'ah adalah adab-adab diri yang jika dijaga oleh seseorang, niscaya akan mengantarkan dia untuk berhenti pada akhlak dan kebiasaan yang baik. (Dalam bahasa kita bisa disebut dengan wibawa. Wallahu a'lam).
²) Lihat hadits Aisyah radhiyallahu 'anha dalam riwayat Muslim, bahwa ada yang bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang orang yang berjimak namun tidak keluar mani, apakah dia wajib mandi? Jawab beliau : "Hal semacam itu aku lakukan bersama dia ini (yakni Aisyah radhiyallahu 'anha) kemudian kamipun mandi".
³) Pada kisah Abu Thalhah dengan isteri beliau Ummu Sulaim dalam riwayat Muslim, di mana di malam hari keduanya jimak, maka di pagi harinya beliau bertanya: "Apakah kalian berhubungan semalam ?".
⁴) Lihat Shahih Muslim kisah tentang Jabir radhiyallahu 'anhu ketika pulang dari peperangan, di mana beliau pulang dengan terburu-buru, ketika ditanya oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kenapa terburu-buru? Jawabnya : "Karena masih pengantin baru." Setibanya mereka di Madinah berkata Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kepadanya: "Kalau engkau tiba (dirumah), maka jimak, jimak." (HR. Bukhary dan Muslim)
Berkata Ibnul 'Araby : Al-kais adalah jimak, juga bermakna berakal, dan yang dimaksud disini adalah dorongan kepadanya untuk mencari anak. (Muhammad Fuad Abdul Baqy - Shahih Muslim)
📗Fawaid Ilmiah dari Ustadz Muhammad Tasyrif حفظه الله di Grup Telegram "Ikhwan Sultra Menyapa" dengan sedikit perubahan.
➖➖➖
📚 WhatsApp Salafy Kendari
💻 Website Resmi || http://ahlussunnahkendari.com
📮 Channel Telegram || https://telegram.me/salafykendari
KOMENTAR