Istri berharap punya suami ideal, tapi ia tak sadar bahwa ia punya peran untuk mewujudkannya.
Peran Istri Mewujudkan Suami Ideal
Pernahkah mendengar tentang cemburu yang dirasakan oleh Ibunda ‘Aisyah radhiallahu ‘anha? Biarlah kita mendengar sendiri pengakuan jujur Ibunda ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, “Aku tidak pernah cemburu kepada istri-istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana rasa cemburuku kepada Khadijah. Padahal aku belum pernah melihatnya sama sekali. Akan tetapi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sering sekali mengenang Khadijah. Kadang-kadang beliau menyembelih seekor kambing lalu memotong-motongnya. Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimnya untuk sahabat-sahabat dekat Khadijah. Terkadang aku mengatakan, ‘Seolah-olah di dunia ini tidak ada lagi wanita selain Khadijah!’.”
Bagaimanakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menanggapi Ibunda ‘Aisyah? Beliau justru mengenang Ibunda Khadijah dengan menyebutkan kebaikan-kebaikan Ibunda Khadijah. Bahkan, di dalam sebuah riwayat, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Ibunda ‘Aisyah,
“Sungguh, aku telah diberi rezeki berupa mencintai Khadijah!” ( HR. al-Bukhari no. 3818 dan Muslim no. 2435)
Sejarah telah mengabadikan peran, jasa, dan pengorbanan Ibunda Khadijah demi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tak terhitung lagi peristiwa-peristiwa penting yang telah dilewati oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sementara itu istri beliau—Ibunda Khadijah—berdiri di sisinya dengan tegar dan tabah. Masih ingatkah kita dengan hiburan indah dalam kata-kata penuh semangat yang diucapkan Ibunda Khadijah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Ya, saat itu beliau baru pulang ke rumah dari Gua Hira. Masih dalam suasana kekhawatiran di wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Ibunda Khadijah dengan pandainya menenangkan hati sang suami, “Tidak, demi Allah. Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan mungkin menghinakan Anda selamanya. Anda selama ini selalu menyambung tali silaturahmi, membantu orang yang kesusahan, memberi orang yang tak punya, memuliakan tamu, dan Anda selalu menolong orang-orang yang sedang membutuhkan.”
Pantas saja jika Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu terkenang dengan Ibunda Khadijah walaupun beliau telah meninggal dunia. Pantas saja apabila Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam masih terus menjalin hubungan baik dengan sahabat-sahabat dekat Ibunda Khadijah. Pantas saja demikian, sebab beliau telah menyatakan, “Sungguh, aku telah diberi rezeki berupa mencintai Khadijah!”
Jika seorang istri mendambakan suaminya menjadi ideal, bantulah dirinya untuk menemukan titik tepat guna memulai. Tebarkanlah kenyamanan dan doronglah dirinya dengan cara-cara hikmah penuh sensasi. Kirimkanlah pesan kepada suami Anda dengan tatapan mata, bukan hanya dengan kata-kata. Seolah-olah Anda tengah berpesan, ”Wahai suamiku, jadikanlah dirimu sungguh-sungguh ideal dan spesial untukku.”
Tentu berbeda rasanya bagi seorang suami ketika sang istri mengatakan, “Mengapa Abah selalu tampil tidak rapi?!” atau “Abah itu dari dulu tidak berubah-ubah, selalu asal-asalan kalau berpakaian!”
Sungguh, amat berbeda dengan pesan penuh cinta, “Sebaiknya Abah memakai pakaian yang telah saya setrika. Jadi, Abah selalu merasa saya ada di samping Abah.”
Jika Anda seorang laki-laki yang belum menikah, berusahalah untuk menemukan wanita salihah agar Anda pun terbantu untuk menjadi ideal baginya. Jika Anda telah menjadi seorang suami, tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri. Kesempatan menjadi suami ideal selalu terbuka. Apalagi istri Anda tidak pernah berhenti untuk berdoa dan berharap, “Ya Allah, bimbinglah suamiku untuk menjadi suami yang saleh.”
Wallahu a’lam.
Sumber : Majalah Asy Syariah Edisi 097 (Artikel karya :Ustadz Mukhtar ibn Rifai La Firlaz hafizhahullah)
http://salafycileungsi.net
KOMENTAR