Kisah Baqi' bin Makhlad, Sang Penuntut Ilmu Sejati
Kisah Pencari Ilmu Yang Sejati
Source: i.kinja-img.com |
Pada suatu hari Baqi’ bin Makhlad melakukan perjalanan dari Andalus menuju Baghdad dengan berjalan kaki, melewati daratan, lautan, serta gunung–gunung.
Ketika itu umur beliau baru 20 tahun. Tujuan beliau melakukan perjalanan tersebut adalah untuk bertemu dengan Al-Imam Ahmad bin Hambal dan menuntut ilmu darinya.
Tatkala beliau mendekati Kota Baghdad ternyata sampai kepadanya kabar tentang ujian yang menimpa Al-Imam Ahmad bin Hambal. Dikarenakan beliau rahimahulloh tidak mau berpendapat bahwa Al Qur’an adalah makhluq.
Sampai pula kabar bahwa Al-Imam Ahmad dilarang untuk mengajar dan mengadakan majelis (pengajian), beliau dipaksa untuk tinggal di rumahnya.
Kemudian Baqi’ berkata : “Akupun bersedih dengan kesedihan yang sangat karena hal itu. “
Akan tetapi Baqi’ tetap meneruskan perjalanannya. Setibanya beliau di Baghdad, beliau meletakkan perbekalannya dan pergi menuju masjid Al Kabir🕌 (Masjid Agung) yang ada di Baghdad.
Kemudian beliau pergi mencari rumah Imam Ahmad, maka ditunjukkanlah kepada beliau rumah Imam Ahmad.
Kemudian beliau mengetuk pintu rumah dan Imam Ahmad pun membukanya.
Baqi’ berkata kepada Imam Ahmad : “Aku adalah orang yang asing di negeri ini dan ingin mencari ilmu, tidaklah aku melakukan perjalanan ini kecuali kepadamu.”
Kemudian Imam Ahmad bertanya : “Di manakah tempat tinggalmu❓"
Baqi’ menjawab : “Di Barat jauh, aku mengarungi lautan dari negriku menuju ke Afrika.”
Imam Ahmad berkata, “Sesungguhnya tempat tinggalmu jauh sekali, dan aku ingin membantumu akan tetapi keadaanku seperti ini, (sedang diuji dan ditahan dirumahku).”
Maka Baqi’ berkata,
“Wahai Abu Abdillah (kunyah Imam Ahmad) … aku adalah orang yang asing, tidak ada satupun dari orang Baghdad yang mengenaliku, jika engkau mau aku akan datang kepadamu setiap hari akan tetapi dalam bentuk seorang pengemis.
Kemudian aku ketuk pintu rumahmu aku meminta shadaqah.
Kemudian engkau membacakan kepadaku walaupun satu hadits dalam sehari.”
Maka Imam Ahmad berkata : “Baiklah … Engkau boleh seperti itu tetapi dengan syarat engkau tidak menceritakan keadaanmu itu kepada Ashhabul Hadits (para pencari hadits) yang lain, karena nanti mereka akan iri kepadamu”
Maka Baqi’ berkata : “Aku bawa sebatang kayu di tanganku dan aku balut kepalaku dengan kain kemudian aku masukkan kertas dan penaku di kantong bajuku.
Kemudian aku pergi menuju rumah Imam Ahmad dan mengetuk pintu rumahnya dan berteriak (meminta shadaqoh) “Shadaqah rahimakumullah‼️"
Maka kemudian Imam Ahmad keluar menemuiku dan memasukkanku ke rumahnya dan mengunci pintu rumah, kemudian membacakan kepadaku dua atau tiga hadits sehingga terkumpul padaku 300 hadits.”
Kemudian suatu hari Allah menghilangkan ujian yang menimpa Imam Ahmad dan diizinkannya beliau untuk mengajar dan mengadakan majelis-majelis taklim.
Maka, apabila aku datang di majelis beliau, maka beliau memerintahkan untuk meluaskan tempat duduk untukku dan mendudukkanku di sampingnya.
Beliau berkata kepada muridnya, “Ini adalah seorang yang pantas dikatakan “Tholibul Ilmu” penuntut ilmu agama yang sebenarnya.”
Kemudian beliau menceritakan kisahku kepada mereka..
-selesai-
Referensi:
Kitab Waratsatul Anbiya’, Asy Syaikh Abdul Malik bin Muhammad Qasim, Hal. 63 – 64.
Demikianlah, dengan kepayahan dan rintangan serta semangat yang besar barulah seseorang dikatakan sebagai THALIBUL IMLI (Penuntut Ilmu yang sebenarnya). Lantas bagaimana dengan kita⁉️
Admin Almanshuroh Mujur
Diposting ulang oleh:
https://telegram.me/KumpulanKisahIslami
Sumber:
www.islammujur.com
Dipublikasikan di situs www.happyislam.com
19 Jumadil Akhir 1437/26 Maret 2016
KOMENTAR