HUKUM MENGINGKARI ADANYA JIN DAN FENOMENA KESURUPAN
HUKUM MENGINGKARI ADANYA JIN DAN FENOMENA KESURUPAN
Hanya ilustrasi. Sumber: wikipedia.org |
Mengingkari keberadaan jin adalah perbuatan kufur & bisa mengeluarkan pelakunya dari keislaman. Karena ini merupakan pengingkaran terhadap berbagai berita yang mutawatir (sangat banyak) dalam Al Quran & Sunnah tentang keberadaan mereka. Mengimani adanya jin termasuk keimanan kepada perkara ghaib. Kita memang tidak bisa melihat jin.
Dalam menetapkan keberadaan mereka kita hanya bersandar kepada berita yang benar. Allah berfirman tentang Iblis & bala tentaranya (sungguh Iblis & pengikutnya melihat kalian dari satu tempat yang kalian tidak mampu melihat mereka ) QS. Al-A'raf : 27.
Adapun mengingkari fenomena merasuknya jin ke manusia, maka tidak memberikan konsekuensi kekufuran. Namun jelas hal ini adalah sebuah kesalahan. Dan pendustaan terhadap dalil syar'i serta realita yang berulang kali terjadi.
Akan tetapi karena samarnya permasalahan ini, maka seseorang yang menyelisihinya tidak dikafirkan namun tetap kita salahkan. Karena pelakunya tidak berlandaskan dalil dalam mengingkarinya. Tiada lain dia hanya bersandar kepada akal & pengetahuannya.
Ketahuilah bahwa akal tidak bisa dijadikan sebagai neraca tolak ukur dalam perkara ghaib. Demikian pula akal tidak akan didahulukan daripada syariat kecuali oleh orang-orang yang sesat.
Sumber : Al Muntaqo min Fatawa Asy Syaikh Al Fauzan
➖➖➖➖➖➖
المنتقى من فتاوى الشيخ الفوزان حفظه الله
الجواب
إنكار وجود الجنِّ كفر وردَّةٌ عن الإسلام؛ لأنه إنكارٌ لما تواتر في الكتاب والسنة من الأخبار عن وجودهم؛ فالإيمان بوجودهم من الإيمان بالغيب؛ لأننا لا نراهم، وإنما نعتمد في إثبات وجودهم على الخبر الصَّادق؛ قال تعالى في إبليس وجنوده: {إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ تَرَوْونَهُمْ} [الأعراف: 27.]
🔍 أمَّا إنكار دخولهم في الإنس؛ فلا يقتضي الكفر، لكنه خطأ، وتكذيب لما ثبت في الأدلَّة الشرعيَّة والواقع المتكرِّر وجوده، لكن لِخفاء هذه المسألة لا يُكفَّر المخالف فيها، ولكن يخطَّأ؛ لأنه لا يعتمد في إنكار ذلك على دليل، وإنما يعتمد على عقله وإدراكه، والعقل لا يُتَّخذ مقياسًا في الأمور الغيبيَّة، وكذلك لا يكون العقل مقدَّمًا على أدلَّة الشرع؛ إلا عند أهل الضلال.
▣◈▣◈▣◈▣◈▣◈▣◈▣◈▣
Alih Bahasa TIM KITasatu
WA KITASATU
Join Channel Telegram:
http://tlgrm.me/KajianIslamTemanggung
Untuk faedah lain kunjungi:
www.Tashfiyah.com
www.Serambiharamain.com
KOMENTAR