Hal-Hal yang harus diperhatikan sebelum memulai ibadah Haji dan Umroh
Luruskan niat dan tujuan menunaikan ibadah, bahwa kita tidak melakukannya melainkan semata-mata karea Allah subhanahu wata’aala, bukan karena satu kepentingan dari berbagai kepentingan dunia, dan bukan pula karena mengharapkan pujian manusia. Allah subhanahu wata’aala berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“dan mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam agama yang lurus , dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
(QS.Al-Bayyinah:5)
Bersegera bertaubat dengan taubat yang sebenar- benarnya dari berbagai macam dosa dan kesalahan yang pernah ia lakukan. Adapun syarat- syarat taubat adalah:
– Meninggalkan perbuatan dosa tersebut
– Menyesali apa yang telah ia perbuat
– Bertekad untuk tidak melakukannya
– Jika perbuatan dosa itu berkaitan dengan sesama makhluk, maka dia berusaha untuk menyelesaikan segala yang ada kaitannya dengan dosa yang dilakukan terhadap sesama makhluk, jika dia pernah mengambil harta orang lain tanpa hak, maka ia berusaha mengembalikan barang tersebut, atau yang senilai dengannya, dan jika berkaitan dengan merusak kehormatan orang lain, maka ia berusaha untuk meminta dimaafkan.
Berilmu sebelum beramal merupakan salah satu prinsip dalam berislam. Termasuk ketika seseorang hendak menunaikan ibadah haji dan umrah, hendaknya dia berusaha semaksimal mungkin untuk mempelajari hal-hal yang kaitannya dengan amalan- amalan selama menunaikan ibadah yang mulia ini, agar tidak terjatuh dalam perbuatan yang menyelisihi syariat islam, dari perbuatan syirik, bid’ah dan kemaksiatan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam bersabda:
لِتَأْخُذُوا مَنَاسِكَكُمْ
“Hendknya kalian mengambil manasik kalian (dariku)”.
(HR.Muslim,no:1297, dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhu)
Jika ada hal- hal yang ditemukan selama dalam perjalanan ibadah, tanyakanlah hal itu kepada yang berilmu. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Bertanyalah kepada yang berilmu jika kalian tidak mengetahui.”(QS.An-Nahl:43)Mencari teman perjalanan yang baik, yang akan mengarahkan kita kepada kebaikan, yang menasehati ketika bersalah, yang mengingatkan kepada Allah ketika lalai, yang menghibur diri kita tatkala sedang mengalami kesedihan dan gundah gulana. Rasulullah bersabda:
إنما مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ منه وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ منه رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk yang buruk, seperti pembawa minyak kesturi dan tukang las, pembawa minyak kesturi adakalanya dia memberimu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mencium darinya bau yang harum,sedangkan tukang las, adakalanya membakar pakaianmu, atau engkau mencium darinya bau yang busuk.”
(Muttafaq Alaihi darinAbu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu 'anhu)
Jika ada sesuatu yang hendak dia wasiatkan, hendaknya dia segera menulis wasiatnya sebelum berangkat, disebabkan karena perjalanan menunaikan ibadah mulia ini adalah perjalanan yang panjang, yang mungkin saja ia menemui ajalnya sebelum kembali ke kampung halamannya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
ما حَقُّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ له شَيْءٌ يُرِيدُ أَنْ يُوصِيَ فيه يَبِيتُ لَيْلَتَيْنِ إلا وَوَصِيَّتُهُ مَكْتُوبَةٌ عِنْدَهُ
“tidaklah benar bagi seorang muslim yang memiliki sesuatu yang ingin dia wasiatkan, lalu dia tidur selama dua malam, melainkan wasiatnya telah tertulis di sisinya.”
(HR.Muslim dari Ibnu Umar c)
Menyisihkan buat keluarganya yang ditinggal berupa nafkah yang mencukupi kebutuhan mereka selama ditinggal untuk menunaikan ibadah mulia ini, dengan memberi pesan yang baik kepada mereka, memerintahkan mereka untuk menjaga shalat, beradab dan berakhlak dengan akhlak yang mulia yang diajarkan didalam islam, sebab dia bertanggung jawab dihadapan Allah terhadap keluarganya. Firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS.At-Tahrim:6)
Membawa perbekalan yang cukup selama safar, perbekalan jasmani dan juga rohani, dan sebaik- baik perbekalan adalah bekal takwa kepada Allah . Demikian pula halnya perbekalan yang cukup selama perjalanan, sehingga dia tidak kehabisan bekal, yang menyebabkan dia meminta-minta kepada yang lainnya. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas c berkata: Dahulu penduduk yaman mereka menunaikan ibadah tanpa membawa bekal, mereka berkata: kami bertawakkal kepada Allah. Tatkala mereka telah tiba di Makkah, mereka pun meminta- minta kepada manusia, maka Allah menurunkan firman-Nya:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ
Membiasakan diri berdzikir kepada Allah dalam setiap keadaan, dan menjauhi segala ucapan yang mengandung kemaksiatan seperti mencela, menggunjing orang lain, melaknat, dan lain sebagainya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
وَمَنْ كان يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أو لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia mengucapkan kebaikan atau ia diam.”
(Muttafaq alaihi dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)
Sumber : http://www.permatazeinislami.com/hal-hal-yang-harus-diperhatikan-sebelum-memulai-ibadah-haji-dan-umroh/
****
KOMENTAR