Sebab-sebab terjadinya hasad banyak sekali. Di antaranya:
Ada Asap Ada Api
Mungkin anda pernah mendengar pepatah ini " Ada asap ada api " yaitu segala sesuatu itu pasti ada sebabnya.
Demikian juga hasad, dia tidaklah muncul dengan sendiri kalau tidak ada hal yang memicunya dan menyebabkannya.
Maka perlu kiranya kita pengetahui faktor-faktor pemicu munculnya hasad karena dengan mengetahui penyebab dari suatu penyakit kita bisa mengetahui obatnya.
Berkata Al Imam Ibnu Qudama dalam kitab Mukhtashor Minhajul Qosidin
" Sebab-sebab terjadinya hasad banyak sekali. Di antaranya:
- Permusuhan,
- Takabur (sombong),
- Bangga diri,
- Ambisi kepemimpinan,
- Jeleknya jiwa
- Kebakhilannya.
Hasad yang paling dahsyat adalah yang ditimbulkan oleh permusuhan dan kebencian. Karena orang yang disakiti orang lain dengan sebab apapun, akan menumbuhkan kebencian dalam hatinya, serta tertanamnya api kedengkian dalam dirinya. Kedengkian itu menuntut adanya pembalasan, sehingga ketika musuhnya tertimpa bala` ia pun senang dan menyangka bahwa itu adalah pembalasan dari Allah untuknya. Sebaliknya, jika yang dimusuhinya memperoleh nikmat, ia tidak senang. Maka, hasad senantiasa diiringi dengan kebencian dan permusuhan.
Adapun hasad yang ditimbulkan oleh kesombongan, seperti bila orang yang setingkat dengannya memperoleh harta atau kedudukan maka ia khawatir orang tadi akan lebih tinggi darinya. Ini mirip hasad orang-orang kafir terhadap Rasulullah n sebagaimana yang dikisahkan Allah Ta'ala:
“Kalian tidak lain kecuali manusia seperti kita.” (Yasin: 15)
Yakni mereka heran dan benci bila ada orang yang seperti mereka memperoleh derajat kerasulan, sehingga mereka pun membencinya.
Demikian pula hasad yang ditimbulkan oleh ambisi kepemimpinan dan kedudukan. Misalnya ada orang yang tak ingin tertandingi dalam bidang tertentu. Ia ingin dikatakan sebagai satu-satunya orang yang mumpuni di bidang tersebut. Jika mendengar di pojok dunia ada yang menyamainya, ia tidak senang. Ia justru mengharapkan kematian orang itu serta hilangnya nikmat itu darinya. Begitu pula halnya dengan orang yang terkenal karena ahli ibadah, keberanian, kekayaan, atau yang lainnya, tidak ingin tersaingi oleh orang lain. Hal itu karena semata-mata ingin menyendiri dalam kepemimpinan dan kedudukan.
Dahulu, ulama Yahudi mengingkari apa yang mereka ketahui tentang Nabi Muhammad Sholallahu alaihi wa sallam serta tidak mau beriman kepadanya, karena khawatir tergesernya kedudukan mereka.
Adapun hasad yang ditimbulkan oleh jeleknya jiwa serta bakhilnya hati terhadap hamba Allah Ta'ala, bisa jadi orang semacam ini tidak punya ambisi kepemimpinan ataupun takabur (kesombongan). Namun jika disebutkan di sisinya tentang orang yang diberi nikmat oleh Allah Ta'ala, sempitlah hatinya. Jika disebutkan keadaan manusia yang goncang serta susah hidupnya, ia bersenang hati. Orang yang seperti ini selalu menginginkan kemunduran orang lain, bakhil dengan nikmat Allah Ta'ala atas para hamba-Nya. Seolah-olah manusia mengambil nikmat itu dari kekuasaan dan perbendaharaannya.
Demikianlah, kebanyakan hasad yang terjadi di tengah-tengah manusia disebabkan faktor-faktor tadi. Dan seringnya terjadi antara orang-orang yang hidup sejaman, selevel, atau antar saudara. Oleh karena itu, anda dapati ada orang alim yang hasad terhadap alim lainnya, dan tidak hasad terhadap ahli ibadah. Pedagang hasad terhadap pedagang yang lain. Sumber semua itu adalah ambisi duniawi, karena dunia ini terasa sempit bagi orang yang bersaing."
Hati-hati Hasad Menyerang Manusia Yang Sederajat
Coba anda cermati bagian terakhir dari ucapan Ibnu Qudamah sebelumnya bahwa hasad biasanya muncul dari orang yang sederajat hal ini senada dengan ucapan Imam Ibnu Taimiyah Rohimahullah Ta'la :"Dan hasad diantara para wanita sering terjadi dan mendominasi, terutama diantara para istri-istri pada satu suami. Seorang wanita cemburu karena adanya para istri yang lain yang menyertainya.
Demikianlah hasad sering terjadi diantara orang-orang yang berserikat dalam kepemimpinan atau harta jika salah seorang dari mereka mendapatkan bagian dan yang lainnya luput dari bagian tersebut.
Demikian juga hasad terjadi diantara orang-orang yang setara karena salah seorang diantara mereka lebih dari pada yang lain.
Sebagaimana para saudara nabi Yusuf, demikian juga hasadnya salah seorang anak Adam kepada yang lainnya.
Ia hasad kepada saudaranya karena Allah menerima korbannya sementara kurbannya tidak diterima.
Ia hasad kepada kelebihan yang Allah berikan berupa keimanan dan ketakwaan –sebagaimana hasadnya yahudi terhadap kaum muslimin- sehingga iapun membunuh saudaranya karena hasad tersebut" (Majmuu' Al-Fatawa 10/125-126)
Oleh karena itu kita mendapati pedagang bakso hasad dengan pedagang bakso lainnya, dia tidak hasad dengan juragan mebel yang ada didepannya walaupun penghasilan juragan mebel jauh lebih besar darinya.
Hal ini menunjukkan bahwa manusia memiliki kecendrungan untuk mengungguli orang yang sederajat dengannya dan ini merupakan perkara yang lumrah selama tidak menimbulkan kebencian dan kedengkian dengan sesama,sehingga ketika benih-benih kedengkian mulai tumbuh segeralah musnakan jangan biarkan dia berkembang...✍
الله المستعان و عليه التكلان
Antara Hasad dan Ghibthah
Dari uraian yang telah disebutkan, jelaslah bahwa hasad adalah suatu sifat yang tercela karena pelakunya mengharapkan hilangnya nikmat yang Allah berikan kepada orang lain, serta kebenciannya memperoleh nikmat tersebut.
Adapun ghibthah adalah seseorang menginginkan untuk mendapatkan sesuatu yang diperoleh orang lain, tanpa menginginkan hilangnya nikmat tersebut dari orang itu. Yang seperti ini tidak mengapa dan tidak dicela pelakunya. Jika irinya dalam hal ketaatan maka pelakunya terpuji. Bahkan ini merupakan bentuk berlomba-lomba dalam kebaikan.
Jika irinya dalam perkara maksiat maka ini tercela, sedangkan bila dalam perkara-perkara yang mubah maka hukumnya juga mubah. (Lihat At-Tafsirul Qayyim, 1/167 dan Fathul Bari, 1/167)
Nabi Sholallahu alaihi wa sallam bersabda:
((لا حسد إلا في اثنتين رجل علمه الله القرآن فهو يتلوه آناء الليل وآناء النهار فسمعه جار له فقال: ليتني أوتيت مثل ما أوتي فلان فعملت مثل ما يعمل، ورجل أتاه الله مالاً فهو يهلكه بالحق فقال رجل ليتني أوتيت مثل ما أوتي فلان فعملت مثل ما يعمل ))
“Tidak ada hasad atau iri –yang disukai– kecuali pada dua perkara; (yaitu) seorang yang diberikan pemahaman Al-Qur`an lalu mengamalkannya di waktu-waktu malam dan siang; dan seorang yang Allah beri harta lalu menginfakkannya di waktu-waktu malam dan siang.” (HR. Muslim, Kitab Shalatil Musafirin wa Qashriha, no. 815, dari sahabat Ibnu ‘Umar )
Sumber : Telegram Ukhuwah Imaniyah
****
KOMENTAR