Takdir adalah rangkaian dari tauhid, siapa yang mentauhidkan Allah dan beriman terhadap takdir maka sempurnalah tauhidnya,
TAKDIR DIIMANI, HIDUP PUN TERASA LAPANG TUK DIJALANI
Termasuk dari rukun iman dan kaidah pokok ihsan adalah seorang beriman terhadap takdir atau ketentuan Allah baik yang berupa kebaikan atau keburukan. Terdapat nash dari al- qur’an dan sunnah serta kesepakatan para ulama yang menunjukkan tentang perkara ini, diantaranya firman Allah ta’ala :
وَكَانَ أَمْرُ اللَهِ قَدَرًامَقْدُوْرًا
“ Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.”
(Al-Ahzab : 28 )
Dan juga firman-Nya :
إِنَا كُلَ شَيءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
“ Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”
( Al-Qomar : 49 )
Dan Allah berfirman :
وَخَلَقَ كُلَ شَيْءٍ فَقَدَرَهُ تَقْدِيْرًا
“ Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.”
( Al- Furqoon : 2 )
Adapun dari sunnah adalah Sabda nabi shallahu ‘alahi wasallam ketika malaikat Jibril bertanya tentang iman, bahwa iman adalah engkau beriman kepada Allah dan iman kepada Malaikat dan iman kepada kitab – kitab dan para Rasul dan hari akhir serta beriman terhadap takdir baik maupun buruk.
Dan telah dinukilkan kesepakatan(ijma’) wajibnya seorang untuk beriman kepada perkara takdir baik dan buruknya diantaranya oleh Imam Nawawi dalam syarah shahih muslim 1/155.
Berkata Abdullah ibnu Abbas : “ Takdir adalah rangkaian dari tauhid, siapa yang mentauhidkan Allah dan beriman terhadap takdir maka sempurnalah tauhidnya, dan barangsiapa yang mentauhidkan Allah namun mendustai takdir maka berkuranglah tauhidnya.” ( As-syariah karya Al-Ajuuri hlm 210 )
Hasan al – Bashri mengatakan : “ Barang siapa yang mendustai takdir sungguh ia telah mendustai islam.” (Syarah I’tiqod ahlu sunnah : 4/682 ).
Dahulu dan pada masa kita ini manusia secara fitroh mengakui adanya takdir, bahkan tidaklah ada pengingkaran dan penafian terhadap takdir dari para musyrikin sekalipun, Akan tetapi yang ada adalah kesalahpahaman dalam memahami takdir, oleh karena itu Allah berfirman :
سَيَقُوْلُ الَذِيْنَ اَشْرَكُوْا لَوْشَاءَ الَلهُ مَا اَ شْرَكْنَا وَ لاَاَ بَاؤَنَا
“ Orang-orang yang mempersekutukan Allah, akan mengatakan: "Jika Allah menghendaki, niscaya Kami dan bapak-bapak Kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) Kami mengharamkan barang sesuatu apapun." ( Al-An’am : 48 ).
Nampak dalam ayat ini penetapan kaum musyrikin kepada masyiah (kehendak) Allah, akan tetapi alasan ini sebenarnya untuk membenarkan perbuatan syirik yang mereka lakukan.maka Allah jelaskan bahwa keadaan mereka itu sama dengan orang – orang sebelum mereka Allah berfirman :
كَذَلِكَ كَذَبَ الَذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ حَتَى ذَاقُوْا باْسَنَا قُلْ هَلْ عِنْدَكُمْ مِنْ عِلْمٍ فَتُخْرِجُوهُ لَنَا اِنْ تَتَبِعَوْنَ اِلاَ الظَنَ وَ انْ اَنْتُمْ اِلاَ تَخْرُصُونَ
“ Demikian pulalah orang-orang sebelum mereka telah mendustakan (para Rasul) sampai mereka merasakan siksaan kami. Katakanlah: "Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu mengemukakannya kepada kami?" kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanyalah berdusta."
(Al- An’am : 48 )
Empat Rukun Di Dalam Iman Kepada Takdir
Untuk kesempurnaan dalam iman terhadap takdir terdapat empat rukun yang wajib seseorang untuk menyakininya, bila ia alpa salah satu dari empat rukun ini berarti keimanannya berkurang pula.
1. Yang pertama adalah ilmu,yaitu beriman bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, mengetahui apa yang terjadi dan apa yang akan terjadi, mengetahui yang ada dan tidak ada,mengetahui yang mungkin dan mustahil, dan Dia Allah mengetahui tingkah laku seorang hamba ,ajal, ,rizki,dan siapa dari mereka yang akan menjadi penduduk surga dan neraka. Allah berfirman :
لِتَعْلَمُوْا أَنَ الَلهَ عَلَى كُلِ شَيْءٍ قَدِيْرٌ وَ أَنَ الَلهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِ شَيْءٍ عِلْمًا
“ Agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (Ath-Thalaaq : 14 )
Diriwayatkan oleh Imam Bukhori no.1383 dan Muslim no.2660 dari sahabat Ibnu Abbas : Rasulullah pernah ditanya tentang keadaan anak – anak musyrikin ( yang meninggal sebelum baligh ) beliau shallahu ‘alahi wasallam menjawab : “ Allah apabila telah menciptakan mereka, maha mengetahui apa yang mereka lakukan.” Maksudnya Allah mengetahui yang beriman dan kufur tehadap-Nya bila mereka hidup dan mencapai usia baligh.
2. Yang kedua adalah al- kitaabah ( penulisan ),yaitu beriman bahwa Allah telah mencatat di lauh mahfuzh apa – apa yang keilmuan Allah meliputinya berupa takdir para makhluk sampai hari kiamat kelak. Allah berfirman :
تَعْلَمْ أَنَ الَلَهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَمَاءِ وَ الاَرْضِ اِنَ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ اِنَ ذَلِكَ عَلَى اللَهِ يَسِيْرٌأَلَمْ
“ Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (Al-Hajj : 70 )
Dan Allah berfirman :
لَنْ يُصِيْبَنَا اِلاَ مَا كَـتَبَ اللَهُ لَنَا قُلْ
“ Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. “ (At-Taubah : 51 )
Dalam hadits shahih dari sahabat Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah shallahu ‘alahi wasallam bersabda “ Tidaklah ada suatu jiwa yang bernafas melainkan telah tertulis oleh Allah dari tempatnya di surga atau neraka, melainkan pula telah tertulis di dalamnya celaka atau bahagia .” ( HR. Bukhori no.1362, Muslim no. 2647 )
Berkata Ibnul Qoyyim : “ Dan telah ijma’ para sahabat dan tabi’in dan segenap ahlu sunnah wal jamaah,bahwa segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini kecuali telah termaktub pada ummul kitab yaitu lauh mahfuzh.” ( Syifaaul ‘Alil hlm : 89 )
3. Rukun ketiga dari rukun iman kepada takdir adalah al-masyiiah ( kehendak ) terkandung di dalam rukun ini beriman dari kehendak Allah yang terlaksana, dan kekuasaan Allah yang maha luas, apa yang Allah kehendaki terjadi,dan bila tidak menghendaki tidak akan terjadi, dan tidaklah seorang hamba bergerak atau diam, dan tidak pula mendapat petunjuk dan tersesat melainkan semua dengan kehendak Allah ta’ala.
Allah berfirman :
وَرَبُكَ يَخْلُقُ مَايَشَاءُوَ يَخْتَارُ مَاكَانَ لَهُمُ الخٍيَرَةُ سُبْحَانَ اللَهِ عَمَا يُشْرِكُوْنَ
“ Dan Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka Maha suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia).” (Al-Qashash: 68 )
Dalam shahih Muslim no. 2654 dari sahabat Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash Rasulullah shallahu’alahi wasallam bersabda : “ Sesungguhnya hati para bani Adam terletak diantara dua jemari dari Jari – Jemari Ar-Rahman seperti hati yang satu. Allah berkehendak memalingkan hati tersebut sesuai yang Ia inginkan.”
4.Dan berikut rukun yang terakhir dari rukun iman terhadap takdir yaitu al- kholqu (ciptaan ) yang mana seseorang harus beriman bahwa segala sesuatu yang ada adalah makhluk Allah baik dzatnya ,sifatnya ,dan tingkah lakunya,dan bahwasannya setiap segala sesuatu selain Allah adalah ada dari yang tidak ada. Allah berfirman :
اللَهُ خَالِقُ كُلِ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِ شَيْءٍوَكِيْلٌ
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia m emelihara segala sesuatu.” (Az-Zumar : 62)
▪️Dari sahabat Hudzaifah bahwa Rasulullah shallahu ‘alahi wasallam bersabda : “ Sesungguhnya Allah menciptakan segala pencipta dan ciptaannya.” Dishahihkan oleh Syaikh Al-Bani dalam shahih al-jami’ no.1777.
Akhirnya, sungguh beruntunglah seorang mukmin yang mengimani takdir dengan benar, karena tentunya kehidupan yang dijalani menjadi lapang. Ia bersemangat dalam kebaikan karena memahami bahwa Allah juga menetapkan adanya kehendak pada makhluk Nya, dan disisi yang lain ia tidak lupa berserah diri kepada Nya setelah usaha yang dilakukan karena keyakinannya bahwa kehendak Allah diatas segalanya.
Maka adakah kehidupan yang lebih indah dari seseorang yang menyandarkan dirinya pada ketetapan Allah Dzat Yang Maha Kuasa . . . Wallohu a’lam bis showab
( Abul Fida ' Teguh )
https://telegram.me/MultaqoIkhwahWalAshab
****
KOMENTAR