HUKUM PERGINYA SEORANG SUAMI DARI KELUARGANYA SELAMA LEBIH DARI 2 TAHUN UNTUK MENCARI RIZKI Asy Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsai...
HUKUM PERGINYA SEORANG SUAMI DARI KELUARGANYA SELAMA LEBIH DARI 2 TAHUN UNTUK MENCARI RIZKI
Asy Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin رحمه الله
Pertanyaan: Ini adalah surat dari seorang pendengar asal Sudan yang tinggal di Irak, ia bertanya dalam suratnya: Apakah diperbolehkan bagi seorang suami untuk berpisah dari (atau meninggalkan) istrinya selama lebih dari 2 tahun dengan pengetahuannya bahwa ia dalam keadaan asing (di negeri orang) untuk mencari rizki? Dan berapa lamakah rentang waktu secara syar’i dalam pandangan Anda, di mana suami tersebut sepatutnya kembali/pulang? Dan apakah yang diwajibkan atas suami tersebut dalam keadaan ini? Berilah kami faidah (jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini), semoga Anda termasuk orang-orang yang diberi pahala (oleh Allah).
Jawaban:
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, saya menyampaikan shalawat dan salam teruntuk Nabi kita Muhammad, keluarganya, dan para shahabatnya sekalian. Wajib atas suami untuk mempergauli istrinya dengan cara yang ma’ruf (baik) karena Allah Ta’ala memerintahkan yang demikian dalam firman-Nya, “Dan pergaulilah mereka (para istri) dengan cara yang ma’ruf (baik)”.
Dan hak pergaulan adalah hak yang wajib ditunaikan oleh seorang suami kepada istrinya, wajib ditunaikan oleh suami kepada istrinya dan juga wajib ditunaikan istri kepada suaminya. Dan di antara bentuk pergaulan yang baik adalah hendaknya seseorang tidak meninggalkan istrinya dalam rentang waktu yang panjang. Hal ini karena di antara hak istri tersebut adalah ia menikmati pergaulan suami padanya sebagaimana suami juga menikmati pergaulan kepada istrinya.
Akan tetapi jika istri ridha dengan kepergian suaminya selama rentang waktu yang panjang, maka haknya kembali kepada istri tersebut, dan tidak mengapa atau tidak menjadi penghalang bagi suaminya (untuk berbuat seperti itu). Akan tetapi ini dengan syarat bahwa suami itu meninggalkan istrinya di tempat yang aman yang tidak mengkhawatirkannya.
Jadi jika seorang pergi meninggalkan istrinya sementara istri tersebut ridha dengan hal itu maka hal itu tidak mengapa, meskipun ia meninggalkannya selama rentang waktu 2 tahun atau lebih. Akan tetapi jika istri tersebut menuntut haknya akan keberadaan suaminya (yaitu tidak pergi meninggalkannya), maka urusan tersebut dikembalikan ke mahkamah syar’i. Dan apa-apa yang diputuskan oleh mahkamah tersebut untuk suami tersebut, maka ia harus (menerimanya dan) melaksanakannya.
Sumber: Silsilah Fatawa Nur ‘alad Darb > Kaset No. 143
Alih bahasa: Syabab Forum Salafy
——
حكم غياب الرجل عن أهله أكثر من سنتين طلبا للرزق
حكم غياب الرجل عن أهله أكثر من سنتين طلبا للرزق
السؤال:
هذه رسالة من مستمع سوداني، ومقيم في العراق، يقول في رسالته: هل يجوز للرجل مفارقة الزوجة أكثر من سنتين علماً بأنه في غربة يطلب الرزق، وما هي المدة الشرعية في نظركم الذي ينبغي للزوج الرجوع فيها، وماذا يجب عليه في هذه الحالة، أفيدونا مأجورين؟
الجواب:
الشيخ: الحمد لله رب العالمين، وأصلي وأسلم على نبينا محمد، وعلى آله وأصحابه أجمعين، على الزوج أن يعاشر زوجته بالمعروف لأمر الله تعالى في قوله: ﴿وعاشروهن بالمعروف﴾، وحق العشرة حق واجب لكل زوج على زوجته، واجب على الزوج لزوجته، وعلى الزوجة لزوجها، ومن المعاشرة بالمعروف ألا يغيب الإنسان عن زوجته مدة طويلة، لأن من حقها أن تتمتع بمعاشرة زوجها كما يتمتع هو بمعاشرتها، ولكن إذا رضيت بغيبته وله مدة طويلة، فإن الحق لها، ولا يلحق الزوج منها حرج، لكن بشرط أن يكون قد تركها في مكان آمن، لا يخاف عليها، فإذا غاب الإنسان لطلب الرزق وزوجته راضية بذلك فلا حرج عليه، وإن غاب لمدة سنتين أو أكثر، وأما إذا طالبت بحقها في حضوره، فإن الأمر يرجع في ذلك إلى المحاكم الشرعية، وما تقرره في هذا فإنه يعمل به.
المصدر: سلسلة فتاوى نور على الدرب > الشريط رقم [143]
http://forumsalafy.net/hukum-perginya-seorang-suami-dari-keluarganya-selama-lebih-dari-2-tahun-untuk-mencari-rizki/
KOMENTAR