kisah lelaki imran bin hiththan menikahi wanita cantik
IMRAN BIN HITHTHAN KHAWARIJ KARENA PENGARUH ISTRI
Oleh: al ustadz Abu Nasim Mukhtar bin Rifa'i
Bukanlah hal yg aneh apabila seorang hamba yg kafir di waktu senja, tetapi keesokan hari ia telah mengucapkan dua kalimat syahadat.
Sebab, sepotong kemaksiatan bisa menghantarkan kepada jurang kehancuran.
Inilah salah satu hikmah di balik hidayah! Kenyataan yg bersifat absolut ini seharusnya bisa mengikis habis kesombongan seorang hamba yg merasa aman & selamat dari dosa. Seolah-olah ada jaminan pasti jika akhir hayatnya akan ditutup dengan keimanan.
wahai Dzat yg membolak-balikkan qalbu (hati), teguhkanlah qalbuku di atas agama-Mu.
(dishahihkan oleh Asy Syaikh al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami')
PIKAT PESONA WANITA JAHAT
Awalnya, Imran bin Hiththan memang memiliki niat yang baik. Namun, apakah niat yang baik saja sudah cukup ? Imran bin Hiththan ingin menikahi Hamnah, lalu berusaha untuk mengajaknya meninggalkan paham Khawarij. Kembali kepada manhaj Salaf.
Belum, saudaraku ! Ini masalah hati ! Adakah yang berani menjamin kita untuk tetap teguh di atas kebenaran sampai nafas terakhir ? Ini masalah memengaruhi atau dipengaruhi.
Jika tidak ada jaminan bahwa kita akan bisa memengaruhi, sebab hati di tangan Allah ta'ala, kenapa mesti bermain-main dengan api ?
SIAPAKAH IMRAN BIN HITHTHAN ?
Sejarah Imran di bidang agama & keilmuan terbilang gemilang. Sejak muda telah memiliki semangat & motivasi yang tinggi untuk menimba ilmu dalam rihlah thalabul 'ilmi. Semangat besar telah membawanya berguru secara langsung & mendengar riwayat dari beberapa shahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam, seperti Abu Musa al Asy'ari, 'Aisyah, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, & beberapa shahabat lain (radhiyallahu'anhuma).
"Kalau mau, Imran pasti mampu bersyair seperti syair-syair yang kita gubah. Namun, kita tidak akan mungkin bisa menggubah seperti syair Imran", demikian Farazdaq menyanjung keahlian Imran.
Sungguh kisah tragis Imran seharusnya menambah rasa takut & harap kepada Allah azza wa jalla. Takut terhadap kesesatan dan berharap tetap kokoh diatas kebenaran.
IMRAN BIN HITHAN & HAMNAH
Walaupun telah dinasehati, Imran tetap bersikukuh untuk menikahi Hamnah. Secara rupa, Imran bin Hiththan tentu tak sebanding dengan Hamnah. Imran memiliki rupa yang lumayan buruk, sementara Hamnah terkenal akan kecantikannya.Suatu saat, Hamnah berkata kepada Imran :
Hamnah juga mencintai Imran. Buktinya, setelah Imran meninggal lamaran Suwaid bin Manjuf As Sadusi ditolak Hamnah. Bahkan, sebuah tahi lalat di wajah Hamnah dihilangkan olehnya. Karena semasa hidupnya Imran sangat menyukai tahi lalat tersebut. Kata Hamnah,”Demi Allah, tidak akan pernah ada lagi orang yang bisa melihat tahi lalat ini setelah Imran meninggal !”
Maksud hati ingin memengaruhi, apa daya hamba yang justru dipengaruhi. Bukannya Hamnah yang berhasil dibujuk untuk meninggalkan paham Khawarij, justru Imran bin Hiththan yang kemudian terbujuk oleh Hamnah untuk menjadi pengikut setia kaum Khawarij.
Bahkan, pada babak berikutnya, Imran malah diangkat sebagai salah satu pemimpin besar gerakan Shafariyyah (sekte Khawarij). Di dalam gerakan Shafariyyah, Imran ditetapkan sebagai ahli fiqih, orator, & penyair mereka.
SUBHANALLAH !
Alangkah lemah hati ini !
Kisah Imran hanyalah satu dari sekian banyak kisah anak manusia diatas muka bumi yang akhirnya tersesat karena pengaruh pergaulan.
Sudah tak terbilang lagi kisah hamba tersesat karena pengaruh orangtua, anak, suami, istri, tetangga, kawan, guru, atau yang lain.
Jangan bermudah-mudahan dalam memilih pasangan hidup !!!
Sudah banyak saudara kita yang terjerembab dalam masa-masa futur (lemah semangat) karena pengaruh istri.
Sebelumnya, sang istri adalah wanita awam yang “katanya” ingin kebaikan. Namun, akhirnya dialah yang terpengaruh istrinya. Demikian pula, banyak istri yang akhirnya dipengaruhi oleh suami.
ALLAHUMMA SALLIM (Ya Allah, selamatkan kami).
Jika saja Imran bin Hiththan yang terhitung sebagai murid para sahabat bisa tersesat, apalagi kita. Jangan pernah merasa aman!
Alasannya ingin belajar bahasa arab dan tajwid, sebagian kalangan terlalu berani sehingga berguru kepada seorang ustadz berpemahaman sufi, turotsi, ikhwani, atau kaum hizbi (fanatik jamaah dakwah) lainnya.
Tidak berselang terlalu lama, mereka sudah mulai memuji gurunya berikut pemahaman yang diusung sang guru.
Sudahlah!
Bersabar diatas manhaj salaf tentu jauh lebih mahal dibandingkan aneka warna godaan setan. Moga-moga Allah wafatkan kita diatas sunnah.
Amin…
IMRAN BIN HITHTHAN MEMUJI PEMBUNUH ALI BIN ABI THALIB
Sedemikian jauhnya Imran bin Hiththan terbawa dalam arus paham Khawarij, sampai-sampai dia memuji dan mengagumi Abdurrahman bin Muljam si pembunuh Ali bin Abi Thalib.
Imran bersyair :
“Duhai tebasan pedang dari seorang hamba bertakwa, tidak ada yang dia harapkan kecuali keridhaan dari Dzat Pemilik ‘Arsy.
Sungguh terkadang aku mengingat dirinya lalu aku yakin, bahwa dia adalah hamba yang paling beruntung dalam Mizan (timbangan amal) di sisi Allah.”
Sejarah Abdurrahman bin Muljam sendiri mempunyai sebuah sisi kemiripan dengan kisah Imran bin Hiththan.
Apalagi kalau bukan sebab bujuk rayu seorang wanita ?
Abdurrahman bin Muljam termasuk orang yang pernah hidup di masa Jahiliyah. Setelah masuk Islam, Abdurrahman sempat belajar Al Qur’an dari Mu’adz bin Jabal. Dikenal sebagai ahli ibadah dan ahli Al Qur’an. Beberapa kali pertempuran dia ikuti termasuk penaklukan Mesir. Sebab dia juga tergolong penunggang kuda yang ahli.
Hanya saja, di kemudian hari Abdurrahman terpengaruh oleh paham Khawarij. Sampai-sampai dia bersama dua orang temannya sepakat untuk membunuh Ali bin AbiThalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan Amr bin Al Ash.
Sebab menurut mereka ketiga sahabat ini adalah sumber dari seluruh konflik di kalangan kaum musimin. NA’UDZU BILLAH
Abdurrahman yang kemudian menyanggupi untuk membunuh Ali bin Abi Thalib. Secara diam-diam, Abdurrahman masuk ke kota Kufah untuk mempersiapkan rencana pembunuhan Ali. Sekian waktu digunakan untuk mengasah pedang dan meredamnya dengan racun mematikan.
Di kota semasa penantian waktu pembunuhan, Abdurrahman bin Muljam jatuh cinta kepada seorang wanita cantik pengikut paham Khawarij bernama Qitham. Ayah dan saudara kandung Qitham termasuk pasukan Khawarij yang terbunuh dalam pertempuran Nahrawan, ketika Ali bin Abi Thalib menumpas mereka.
Pada saat Abdurrahman bin Muljam mengajukan lamaran, Qitham menyebutkan beberapa bentuk mahar. Salah satunya adalah nyawa Ali bin Abi Thalib.
Seburuk-buruk mahar telah diajukan wanita tersebut !
“Demi Allah, aku memang bermaksud untuk membunuh Ali ! Tidak ada tujuanku datang ke kota ini kecuali memang untuk membunuh Ali. Namun, apa manfaatnya untuk diriku dan dirimu jika aku berhasil membunuh Ali ? Sebab aku sendiri yakin, jika aku berhasil membunh Ali, aku tidak akan mungkin bisa melarikan diri”, demikian Abdurrahman mengatakan.
Qitham semakin menyemangati, ”Jika engkau berhasil dan selamat, itulah yang aku inginkan. Maksud hatiku akan terobati dan engkau akan hidup bahagia bersamaku. Namun, jika engkau akhirnya terbunuh, maka janji di sisi Allah tentu lebih baik dari dunia dan seisinya.”
Masya Allah ! Indah nian kata-kata wanita itu ! Sayang di balik kata-kata manis itu terselubung racun mematikan.
( bersambung In sya Allah )
— diambil dari majalah Qudwah hal 21-26, edisi 10 vol 1 1434 H/2013 —
=====*****=====
📶 Publikasi:
📖 WA Salafy Solo
www.salafymedia.com
5 Muharram 1437 H | 18 Oktober 2015
Masya Allah,betapa dahsyat nyabfitna wanita, padahal mreka kaum yg lemah,tetapi dpt dengan mudah merobohkan para lelaki.
BalasHapusBerhati hatilah kalian wahai para lelaki
Terus kembangkan website2 ahlussunah,smoga berkah dan bermanfaat.
BalasHapus