"Janganlah sekali-kali seseorang di antara kamu menginginkan mati karena kesusahan yang menimpanya,
LARANGAN MENGHARAP KEMATIAN
-425- وَعَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ اَلْمَوْتَ لِضُرٍّ يَنْزِلُ بِهِ, فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ مُتَمَنِّيًا فَلْيَقُلْ: اَللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ اَلْحَيَاةُ خَيْرًا لِي, وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتِ اَلْوَفَاةُ خَيْرًا لِي ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Anas Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah sekali-kali seseorang di antara kamu menginginkan mati karena kesusahan yang menimpanya, bila ia benar-benar menginginkannya hendaknya ia berdoa: Ya Allah hidupkanlah aku selama kehidupan itu lebih baik bagiku dan wafatkanlah aku jika sekiranya itu lebih baik bagiku." Muttafaq Alaihi.
PENJELASAN:
Seseorang muslim tidaklah boleh mengharapkan kematian karena kesempitan hidup di dunia yang ia alami. Karena bagi seorang mukmin, semakin panjang usianya, semakin bertambah kebaikan baginya. Kalaupun ia tergelincir pada dosa, bertambahnya usia adalah kesempatan untuk memperbanyak taubat.
وَلَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَزْدَادَ خَيْرًا وَإِمَّا مُسِيئًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعْتِبَ
Dan janganlah salah seorang dari kalian mengharapkan kematian. Bisa jadi ia adalah orang yang baik, sehingga bisa diharapkan bertambah kebaikannya. Kalau ia orang yang tidak baik, mungkin dia mengharapkan ridha Allah (dengan bertaubat)(H.R alBukhari)
لَا يَزِيدُ الْمُؤْمِنَ عُمْرُهُ إِلَّا خَيْرًا
Tidaklah menambah usia seorang mukmin kecuali kebaikan (H.R Muslim)
Seharusnya, seseorang yang ditimpa musibah, bersikap sabar karena Allah dan mengharapkan pahala yang berlipat dari Allah.
Jika seseorang tidak kuat dengan penderitaan yang dialaminya (seperti misalnya sakit yang amat sangat), Nabi memperbolehkan untuk berdoa dengan ucapan: Ya Allah hidupkanlah aku selama kehidupan itu lebih baik bagiku dan wafatkanlah aku jika sekiranya itu lebih baik bagiku.
Sebagian Ulama’ berpendapat bahwa larangan mengharapkan kematian itu hanya berlaku jika terjadi fitnah duniawi. Sedangkan jika terjadi fitnah Dien yang membahayakan keselamatan Dien-nya, maka seseorang boleh mengharapkan kematian.
Dalil mereka di antaranya adalah:
1. Lafadz hadits riwayat Ibnu Hibban menjelaskan bahwa larangan itu hanya untuk kesempitan dalam urusan duniawi:
لَا يَتَمَنَّى أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ فيِ الدُّنْياَ
Janganlah salah seorang dari kalian mengharapkan kematian karena kesempitan yang dialami dalam urusan dunia (H.R Ibnu Hibban no 2966)
2. Hadits Abu Hurairah riwayat al-Bukhari dan Muslim:
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي مَكَانَهُ
Tidaklah tegak hari kiamat hingga seorang laki-laki lewat di kuburan laki-laki lain kemudian ia berkata: Duhai seandainya aku di posisi dia (meninggal dan dikuburkan)(H.R al-Bukhari dan Muslim)
Ibnu Batthol menjelaskan bahwa keinginan seseorang dalam hadits itu agar ia meninggal dan dikuburkan seperti orang yang ada dalam kubur tersebut adalah karena dahsyatnya fitnah Dien yang melanda (Syarh Shahih al-Bukhari libni Baththol (10/58))
3. Salah satu doa yang diajarkan oleh Nabi -Shollallaahu Alaihi Wasallam- dalam hadits Muadz bin Jabal yang panjang, salah satu lafadznya:
وَإِذَا أَرَدْتَ بِعِبَادِكَ فِتْنَةً فَاقْبِضْنِي إِلَيْكَ غَيْرَ مَفْتُونٍ
Dan jika Engkau (Ya Allah) menginginkan terjadinya fitnah (ujian) terhadap hamba-hambaMu, maka wafatkanlah aku menghadapMu dalam keadaan tidak terfitnah (H.R atTirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh al-Albany)
Dalam al-Qur’an, kisah Maryam yang mengharapkan kematian, dengan ucapan:
يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا
…Duhai seandainya aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang dilupakan sama sekali (Q.S Maryam:23)
Ayat ini ditafsirkan bahwa Maryam mengharapkan kematian karena mengkhawatirkan fitnah Dien pada dirinya dengan sebab peristiwa yang dialaminya (lihat Taudhiihul Ahkaam min Buluughil Maram karya Abdullah bin Abdirrahman al-Bassam juz 2 halaman 369-370).
Bagaimanapun, seorang muslim tidak boleh putus asa dari rahmat Allah, karena putus asa dari rahmat Allah adalah sifat orang-orang kafir.
وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
...dan janganlah kalian putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada yang putus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir (Q.S Yusuf:87)
Tidak boleh juga mengakhiri kehidupan dengan bunuh diri, karena hal itu adalah dosa besar. Seseorang yang bunuh diri, akan diadzab di akhirat dengan cara dan alat yang digunakan dalam bunuh diri di dunia.
وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ فِي الدُّنْيَا عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu di dunia, akan diadzab dengan sesuatu itu pada hari kiamat (H.R alBukhari no 5587)
Janganlah bunuh diri, karena sesungguhnya Allah Sang Pencipta kita masih menyayangi kita.
…وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
Janganlah membunuh diri kalian, karena sesungguhnya Allah menyayangi kalian (Q.S anNisaa’:29)
〰〰〰
Disalin dari buku "Tata Cara Mengurus Jenazah Sesuai Sunnah Nabi Shollallaahu Alaihi Wasallam (Syarh Kitab al-Janaiz Min Bulughil Maram)". Penulis: Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman حفظه الله.
Penerbit Pustaka Hudaya, halaman 16-21.
Semoga bermanfaat !!
〰〰〰〰〰〰〰
WA Salafy Kendari
KOMENTAR