Lailatul Qodar : Satu Malam yang Lebih Baik dari Seribu Bulan
Satu Malam yang Lebih Baik dari Seribu Bulan
Diantara kemuliaan yang Allah turunkan untuk malam-malam ini (sepuluh malam terakhir ramadhan, -pent) bahwa Allah menjadikan satu malam yang itu lebih baik dari seribu bulan.
Dimana ini merupakan rahmat Allah kepada umat islam yang mereka memiliki umur yang pendek.
Berbeda dengan umat sebelumnya, yang umur-umur mereka ratusan tahun. Sedangkan mayoritas umur-umur umat ini antara 60-70 tahun, ada yang lebih dari bilangan tersebut ada juga yang kurang, namun mayoritasnya adalah 60-70 tahun, sebagaimana keterangan yang datang dari Nabi -Shallallahu 'alaihi wa Sallam-. Karena itu Allah mengganti umur-umur yang pendek tersebut dengan ketaatan-ketaatan dan pahala-pahala, dan ini agar umat islam memiliki kedudukan yang mulia disisi Allah -'Azza wa Jall-
Dan diantara kedudukan tersebut adalah mereka merupakan umat terakhir di dunia ini, akan tetapi umat paling pertama di akhirat nanti, karena yang pertama kali memasuki syurga adalah umat Muhammad-Shallallahu 'alaihi wa Sallam-
Dan Allah menjadikan amalan pada lailatul qadr dengan pahala berlipat ganda lebih dari amalan selama 83 tahun beberapa bulan , sebagaimana fiman Allah:
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ [القدر: 3]" Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan" (Al Qadr: 3)
Maksudnya adalah amalan yang dilakukan pada malam tersebut dilipat gandakan pahalanya lebih dari amalan selama 83 tahun. Dan ini diantara keutamaan Allah -'Azza wa Jall- untuk umat ini.
Sumber: http://ar.miraath.net/fawaid/11706
Alih Bahasa: Abdul Mu'thy Balikpapan
ash shalihah
----------------------------------
MANA YANG LEBIH UTAMA 10 TERAKHIR ROMADHON ATAU 10 HARI DZULHIJJAH
Asy Syeikh Abdul Aziz Bin Baz rohimahullah :
Tanya:
Mana yang lebih afdhol 10 hari terakhir di bulan Romadhon atau 10 hari Dzulhijjah?
Jawab:
10 hari terakhir dari bulan Romadhon lebih utama dari sisi malamnya karena didalamnya ada LAILATUL QODR.
10 hari pertama dibulan Dzulhijjah lebih utama dari sisi siangnya karena disana ada PUASA AROFAH dan HARI AN NAHR.
Dan keduanya adalah hari yang PALING UTAMA dimuka bumi, ini yang disebutkah oleh ahli tahqiq dari kalangan Ulama'.
10 hari Dzulhijjah lebih utama dari sisi siangnya, dan 10 hari (terakhir) dibulan Romadhon lebih utama dari sisi malamnya karena didalamnya ada Lailatul Qodr, yang mana malam Lailatul Qodr adalah seutama utama malam, Wallahul Mustaan.
•••••••••••
Sumber : http://www.binbaz.org.sa/node/17753
Alih bahasa : Abu Arifah Muhammad Bin Yahya Bahraisy
•••••••••••••••••••••••••••••
Berbagi ilmu agama 🔥
WA Lintas Ilmu Shiyam ※ WALIS ✆
✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧✧
http://walis-net.blogspot.com/p/depan.html
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°
WA ADMIN SALAFIYAT INDONESIA (ASIA)
----------------------------------
Pertanyaan: Pendapat manakah yang terkuat di dalam penentuan Lailatul Qadar?
Jawaban:
Tidak ada penentuan dan pemastian di dalam penetapannya. Yang dianjurkan adalah berhati-hati jangan sampai Lailatul Qadar itu luput.
Mengawasinya pada sepuluh malam terakhir itu lebih ditekankan. Demikian juga pada malam ganjil (di sepuluh malam terakhir) itu lebih ditekankan daripada malam genap.
Dan pada malam kedua puluh tujuh itu lebih ditekankan dari malam ganjil yang lain. Kehati-hatian dalam malam-malam yang disebuatkan di atas tidaklah menunjukkan pemastian bahwa (Lailatul Qadar) itu pada malam ini atau itu.
Selayaknya, seseorang itu tidak meninggalkan amalan dan mengurangi amalan (pada malam-malam lain) disebabkan inilah pendapat yang kuat menurut ulama, bahkan selayaknya dia menegakkan (amalan) pada seluruh malam (bulan Ramandhan).
Sumber: http://www.alfawzan.af.org.sa/node/14891
Alih bahasa: Syabab Forum Salafy
----------------------------------
Beliau rahimahullaah berkata:
"Lailatul Qadr terjadi pada 10 terakhir bulan Ramadhan, demikianlah yang shahih dari Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Lailatul Qadr itu pada 10 terakhir Ramadhan", dan terjadi pada malam-malam ganjil.
Akan tetapi, perhitungan ganjil jika tinjauannya adalah hari yang telah dilalui, maka bisa dicari pada malam ke 21, 23, 25, 27 dan 29.
Namun jika tinjauannya adalah hari yang tersisa, sebagaimana sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam: "maka carilah pada 9 yang tersisa, 7 yang tersisa, 5 yang tersisa, 3 yang tersisa".
Maka, berdasarkan hadits ini,
apabila bulan berumur 30 hari, maka Lailatul Qadr terjadi pada malam-malam yang genap, sehingga bisa terjadi pada malam ke-22, yang itu merupakan 9 yang tersisa, dan malam ke-24 yang itu merupakan 7 hari yang tersisa. Demikian pula yang ditafsirkan oleh Abu Sa'id al-Khudri dalam sebuah hadits yang shahih. Dan seperti ini pula Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam menegakkan (malam-malam tersebut) dalam sebulan.
&128160; Namun apabila bulan berumur 29 hari, maka penanggalan (dengan tinjauan) hari yang tersisa sama dengan penanggalan (dengan tinjauan) hari yang telah berlalu (yakni sama-sama pada malam ganjil).
Jika demikian, maka hendaknya seorang mukmin itu mencarinya pada 10 terakhir Ramadhan SEMUANYA (baik malam ganjil maupun malam genap, pen), sebagaimana sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam: "Carilah pada 10 terakhir".
Tanda yang diriwayatkan oleh Ubay bin Ka'b dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan di antara alamat yang paling terkenal dalam hadits. Diriwayatkan pula bahwa di antara tandanya "malam yang tenang bercahaya." Malam yang tenang, tidak terlalu panas tidak pula terlalu dingin. Bisa jadi Allah tunjukkan pada sebagaian manusia dalam mimpi atau ketika jaga. Dia bisa melihat cahayanya, atau melihat orang yang mengatakan kepadanya. Bisa jadi Allah bukakan pada hatinya persaksian, yang dengannya menjadi jelaslah hal tersebut.
Wallaahu A'lam.
Majmu' Fatawa 25/284-286
~~~~~~~~~~~~~~
Bagaimana seseorang muslim bisa mengetahui bahwa dia telah menepati Lailatul Qadr, dengan upaya dia mencari pada malam-malam yang telah disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ?
Al-’Allamah al-Albani rahimahullah menjawab :
“Itu merupakan perkara yang dirasakan oleh hati, yang dirasakan oleh setiap orang yang diberi nikmat oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala kepadanya berupa bisa melihat (mendapatkan) Lailatul Qadr. Karena seseorang pada malam-malam (10 terakhir) tersebut berkosentrasi untuk beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla, berdzikir dan shalat. Maka Allah ‘Azza wa Jalla tampakkan kepada sebagian hamba-Nya dengan perasaan yang tidak seperti biasanya. Sampai-sampai orang-orang shalih pun, dia tidak merasakan pada semua waktunya.
Jadi, tanda-tanda yang tampak itu, tidak menunjukkan bahwa siapa yang menyaksikannya dan mengalaminya berarti dia telah telah melihat (mendapatkan) Lailatul Qadr. Ini permasalahan yang jelas.
Namun, satu kondisi yang seseorang mendapati dalam dirinya kejernihan ruhiyyah dan perasaan melihat (mendapati) Lailatul Qadr, dia mengarahkan kepada Allah permintaan (do’a)nya sebagaimana ketentuan syari’at. Inilah sisi yang semestinya kita dengungkan dan kita pentingkan. Semoga Allah mengkaruniakan mereka kita malam tersebut.
Dari kaset : Muhadharat Mutafarriqah no. 360
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Do'a, ada waktu-waktu yang ditekankan padanya dan sangat diharapkan terkabul padanya, di antaranya
Bulan Ramadhan ini semuanya adalah bulan DO'A dan IBADAH.
Namun pada akhir-akhirnya, pada 10 terakhir, lebih kuat lagi keutamaan do'a, dan harapan terkabulnya lebih banyak dibandingkan waktu-waktu selainnya."
Majalis Syahri Ramadhan, hal. 99
Majmu'ah Manhajul Anbiya
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
----------------------------------
PENDAPAT TERKUAT DALAM PENENTUAN LAILATUL QADAR
Asy Syaikh Shalih Fauzan bin Abdillah al Fauzan حفظه الله
Pertanyaan: Pendapat manakah yang terkuat di dalam penentuan Lailatul Qadar?
Jawaban:
Tidak ada penentuan dan pemastian di dalam penetapannya. Yang dianjurkan adalah berhati-hati jangan sampai Lailatul Qadar itu luput.
Mengawasinya pada sepuluh malam terakhir itu lebih ditekankan. Demikian juga pada malam ganjil (di sepuluh malam terakhir) itu lebih ditekankan daripada malam genap.
Dan pada malam kedua puluh tujuh itu lebih ditekankan dari malam ganjil yang lain. Kehati-hatian dalam malam-malam yang disebuatkan di atas tidaklah menunjukkan pemastian bahwa (Lailatul Qadar) itu pada malam ini atau itu.
Selayaknya, seseorang itu tidak meninggalkan amalan dan mengurangi amalan (pada malam-malam lain) disebabkan inilah pendapat yang kuat menurut ulama, bahkan selayaknya dia menegakkan (amalan) pada seluruh malam (bulan Ramandhan).
Sumber: http://www.alfawzan.af.org.sa/node/14891
Alih bahasa: Syabab Forum Salafy
----------------------------------
Peringatan penting dan menenangkan dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah tentang Lailatul Qadr, bahwsanya Lailatul Qadr terkadang terjadi pada malam genap, sebagaimana terkadang terjadi juga pada malam ganjil.
Maka, berdasarkan hadits ini,
apabila bulan berumur 30 hari, maka Lailatul Qadr terjadi pada malam-malam yang genap, sehingga bisa terjadi pada malam ke-22, yang itu merupakan 9 yang tersisa, dan malam ke-24 yang itu merupakan 7 hari yang tersisa. Demikian pula yang ditafsirkan oleh Abu Sa'id al-Khudri dalam sebuah hadits yang shahih. Dan seperti ini pula Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam menegakkan (malam-malam tersebut) dalam sebulan.
&128160; Namun apabila bulan berumur 29 hari, maka penanggalan (dengan tinjauan) hari yang tersisa sama dengan penanggalan (dengan tinjauan) hari yang telah berlalu (yakni sama-sama pada malam ganjil).
Dan terjadinya (Lailatul Qadr) pada 7 terakhir lebih banyak (kemungkinannya). Dan PALING BESAR KEMUNGKINANNYA ADALAH TERJADI PADA MALAM ke-27, sebagaimana Ubay bin Ka'b radhiyallahu 'anhu telah bersumpah bahwa Lailatul Qadr itu pada malam ke-27. Beliau ditanya, 'dengan apa engkau tahu itu?" Beliau menjawab, "Berdasarkan tanda-tanda yang telah diberitakan kepada kami oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, "Nabi memberikatakan kepada kami bahwa matahari pada pagi harinya terbit seperti bejana tidak ada sinar silaunya."
Bagaimana Seseorang Tahu Bahwa Dirinya Mendapatkan Lailatul Qadr?
Pertanyaan :Bagaimana seseorang muslim bisa mengetahui bahwa dia telah menepati Lailatul Qadr, dengan upaya dia mencari pada malam-malam yang telah disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ?
Al-’Allamah al-Albani rahimahullah menjawab :
“Itu merupakan perkara yang dirasakan oleh hati, yang dirasakan oleh setiap orang yang diberi nikmat oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala kepadanya berupa bisa melihat (mendapatkan) Lailatul Qadr. Karena seseorang pada malam-malam (10 terakhir) tersebut berkosentrasi untuk beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla, berdzikir dan shalat. Maka Allah ‘Azza wa Jalla tampakkan kepada sebagian hamba-Nya dengan perasaan yang tidak seperti biasanya. Sampai-sampai orang-orang shalih pun, dia tidak merasakan pada semua waktunya.
Jadi, tanda-tanda yang tampak itu, tidak menunjukkan bahwa siapa yang menyaksikannya dan mengalaminya berarti dia telah telah melihat (mendapatkan) Lailatul Qadr. Ini permasalahan yang jelas.
Namun, satu kondisi yang seseorang mendapati dalam dirinya kejernihan ruhiyyah dan perasaan melihat (mendapati) Lailatul Qadr, dia mengarahkan kepada Allah permintaan (do’a)nya sebagaimana ketentuan syari’at. Inilah sisi yang semestinya kita dengungkan dan kita pentingkan. Semoga Allah mengkaruniakan mereka kita malam tersebut.
Dari kaset : Muhadharat Mutafarriqah no. 360
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
DI ANTARA WAKTU-WAKTU TERKABULNYA DO'A
Asy-Syaikh al-'Allamah Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata,"Do'a, ada waktu-waktu yang ditekankan padanya dan sangat diharapkan terkabul padanya, di antaranya
- Pada Bulan (Ramadhan) ini
- bahkan termasuk juga 10 terakhir ini
- bahkan termasuk juga Lailatul Qadr.
Bulan Ramadhan ini semuanya adalah bulan DO'A dan IBADAH.
Namun pada akhir-akhirnya, pada 10 terakhir, lebih kuat lagi keutamaan do'a, dan harapan terkabulnya lebih banyak dibandingkan waktu-waktu selainnya."
Majalis Syahri Ramadhan, hal. 99
Majmu'ah Manhajul Anbiya
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
KOMENTAR