Makna 70.000 orang Masuk Surga Tanpa Hisab dan Tanpa Azab
APA MAKNA YANG TERKANDUNG PADA HADITS 70.000 ORANG YANG MASUK SURGA TANPA HISAB DAN TANPA ADZAB ?
Oleh:
Asy-Syaikh Al-'Allaamah Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin -rahimahullah-
P E R T A N Y A A N :
Apa arti yang terkandung pada hadist tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab?
J A W A B A N :
Hadits ini adalah hadits yang panjang lagi masyhur yaitu bahwa Nabi ﷺ melihat sekelompok besar manusia yang memenuhi cakrawala, lalu dikatakan kepada beliau:
« هَذِهِ أُمَّتُكَ وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ »
"Ini adalah umatmu dan bersama mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab."
Kemudian para Shahabat -radhiyallahu 'anhum- saling bertanya diantara mereka tentang siapakah orang-orang tersebut? Maka Nabi ﷺ bersabda:
« هُمْ الَّذِينَ لَا يَتَطَيَّرُونَ وَلَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُون »
"Mereka adalah:
- Orang-orang yang tidak meminta untuk diruqyah,
- Tidak melakukan pengobatan dengan metode kay,
- Tidak ber-tathoyyur,
- dan hanya kepada Rabb (Allah) mereka bertawakkal.”
===========================
Sabda beliau: " لا يسترقـــون” ; yakni tidak meminta kepada seorangpun untuk dibacakan kepada mereka (diruqyah), untuk penyakit yang menimpa mereka.
Sabda beliau: "لا يكــتوون” ; yaitu tidak meminta kepada seorangpun untuk diobati dengan metode kay (besi panas semisal moksibusi).
Sabda beliau: "ولا يتطــيرون”; yakni, mereka tidak tasya'um (merasa sial dan pesimis terhadap takdir yang akan terjadi pada mereka).
dan pada sabdanya: " و على ربهم يتوكلـــون”; yakni mereka menyandarkan perkara kepada Allah secara menyeluruh.
===========================
Dan diketahui dari sabdanya " لا يسترقــون” , "tidak meminta diruqyah" bahwa :
jika mereka membacakan kepada selain mereka (meruqyah orang lain) maka TIDAK MENGAPA dan mereka tidak diharamkan dari pahala yang besar ini.
Jika orang lain membacakan kepada mereka TANPA PERMINTAAN dari mereka maka ini juga TIDAK MENGAPA dan mereka tidak kehilangan dari pahala yang besar ini.
Begitu pula barangsiapa yang diobati dengan metode kay oleh orang lain TANPA MEMINTA KEPADANYA maka demikian juga ia tidak akan diharamkan dari pahala tersebut.
jika mereka membacakan kepada selain mereka (meruqyah orang lain) maka TIDAK MENGAPA dan mereka tidak diharamkan dari pahala yang besar ini.
Jika orang lain membacakan kepada mereka TANPA PERMINTAAN dari mereka maka ini juga TIDAK MENGAPA dan mereka tidak kehilangan dari pahala yang besar ini.
Begitu pula barangsiapa yang diobati dengan metode kay oleh orang lain TANPA MEMINTA KEPADANYA maka demikian juga ia tidak akan diharamkan dari pahala tersebut.
أما التطير فهو التشاؤم، قال العلماء: التشاؤم يكون بمرئي، أو مسموع، أو معلوم.
Adapun "tathoyyur” maka itu adalah tasya'um (dia merasa sial / berprasangka akan terjadi sesuatu yang jelek padanya).
Para ulama mengatakan bahwa tasya'um bisa terjadi dengan sebab sesuatu yang DILIHAT atau DIDENGAR atau suatu FENOMENA (yang ditandai).
Para ulama mengatakan bahwa tasya'um bisa terjadi dengan sebab sesuatu yang DILIHAT atau DIDENGAR atau suatu FENOMENA (yang ditandai).
Tasya'um (merasa sial) dengan sesuatu yang dilihat, seperti jika seseorang melihat sesuatu lalu muncul pada dirinya firasat jelek.
Semisal ia melihat burung hitam seketika ia berkata: "Ini adalah hari gelapku."
Atau ia melihat seseorang tergelincir di depannya kemudian mati sehingga ia berkata: "Jika aku melewati jalan ini pasti menimpaku sama seperti apa yang terjadi pada orang ini.”
Semisal ia melihat burung hitam seketika ia berkata: "Ini adalah hari gelapku."
Atau ia melihat seseorang tergelincir di depannya kemudian mati sehingga ia berkata: "Jika aku melewati jalan ini pasti menimpaku sama seperti apa yang terjadi pada orang ini.”
Atau yang semacam dengan ini.
Tasyaum (berfirasat jelek) dengan sesuatu yang didengar, seperti ketika mendengar kata-kata menggelisahkan yang tidak sesuai kemudian ia berfirasat jelek dan mengurungkan (dari menyelesaikan) keperluannya.
Tasya'um dengan suatu fenomena, yaitu menganggap sial pada hari-hari atau bulan-bulan tertentu. Sebagaimana dahulu dilakukan orang-orang jahiliyah:
Diantara mereka ada yang ber-tasya'um dengan datangnya bulan shofar.
Sebagian mereka ada yang menganggap sial bulan syawwal,
Diantara mereka ada yang berfirasat jelek pada hari Rabu.
Dan perkara yang lainnya sebagaimana telah masyhur dari cara pandang orang-orang jahiliyyah.
Diantara mereka ada yang ber-tasya'um dengan datangnya bulan shofar.
Sebagian mereka ada yang menganggap sial bulan syawwal,
Diantara mereka ada yang berfirasat jelek pada hari Rabu.
Dan perkara yang lainnya sebagaimana telah masyhur dari cara pandang orang-orang jahiliyyah.
MAKA sesungguhnya tathoyyur (bersikap pesimis atau menganggap sial dengan sesuatu) merupakan kesyirikan, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ :
« الــطِّيَرَةُ شــِرْكٌ، الــطِّيَرَةُ شِــرْكٌ »
"Sikap tathoyyur (menganggap sial dengan sesuatu)merupakan kesyirikan, sikap tathoyyur adalah kesyirikan ”.
Dan wajib bagi manusia untuk senantiasa bertawakkal kepada Allah dan bersandar pada-Nya pada setiap urusannya.
Apabila ia melihat sesuatu yang baik untuk dikerjakan maka ia kerjakan. Dan jangan menghiraukan apa yang telah ia dengar dan lihat karena tathoyyur adalah kesyirikan.
Sedangkan definisi tawakkal adalah:
صــدق الاعتمــاد على الله في جلب الـــمنافع ودفــع المضــار مع فعل الأسباب النافعـــة
"Benar-benar bersandar kepada Allah dalam mencari kebaikan dan menolak kejelekan diiringi dengan melakukan sebab-sebab yang bermanfaat (untuk mencapai tujuannya)."
KARENA bertawakkal tanpa mengambil sebab dinamakan « تواكــلا » (pura-pura tawakkal), bukan « توكــلا» tawakkal (sejati).
Sesungguhnya pemimpin orang-orang yang bertawakkal adalah Nabi Muhammad ﷺ-. Bersamaan dengan itu beliau tetap mengambil sebab-sebab yang melindunginya.
Sebagaimana yang terjadi pada Perang Uhud dengan memakai dua baju besi khawatir dari hujanan anak panah,
juga membuat parit (ketika Perang Khandaq) mengelilingi kota Madinah supaya tidak dimasuki musuh,
dan beliau bersembunyi selama tiga hari di dalam Gua Tsur agar tidak ditemukan oleh musuh.
Sebagaimana yang terjadi pada Perang Uhud dengan memakai dua baju besi khawatir dari hujanan anak panah,
juga membuat parit (ketika Perang Khandaq) mengelilingi kota Madinah supaya tidak dimasuki musuh,
dan beliau bersembunyi selama tiga hari di dalam Gua Tsur agar tidak ditemukan oleh musuh.
Maka melakukan sebab-sebab yang bermanfaat sama sekali tidak menghilangkan sikap tawakkal BAHKAN termasuk kelaziman dalam bertawakkal.
________________
Maka empat sifat ini bahwa:
- Mereka tidak meminta untuk diruqyah,
- Tidak meminta untuk berobat dengan besi panas,
- Tidak bertathoyyur (pesimis dalam nasib/ berfirasat jelek),
- Dan hanya kepada Rabb (Allah) mereka bertawakkal,
ADALAH sifat orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab.
AKAN TETAPI perlu diketahui bahwa mereka harus memiliki iman.
Maka empat sifat ini bahwa:
- Mereka tidak meminta untuk diruqyah,
- Tidak meminta untuk berobat dengan besi panas,
- Tidak bertathoyyur (pesimis dalam nasib/ berfirasat jelek),
- Dan hanya kepada Rabb (Allah) mereka bertawakkal,
ADALAH sifat orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab.
AKAN TETAPI perlu diketahui bahwa mereka harus memiliki iman.
Seandainya kita berasumsi bahwa ada seseorang yang memiliki sifat-sifat itu tapi ia tidak sholat, maka yang seperti ini tidak akan pernah masuk surga, baik dengan hisab ataupun tanpa hisab. KARENA orang yang tidak sholat adalah kafir dan tidak bermanfaat baginya bahwa ia tidak meminta diruqyah, tidak meminta disembuhkan dengan metode besi panas, tidak bertathoyyur, dan dia bertawakkal dan bersandar kepada Allah.
SEHINGGA wajib bagi kita untuk memperhatikan masalah ini."
Sumber: Silsilah Liqoatul Baabil Maftuh (Rangkaian Pertemuan Terbuka ke-12)
〰〰〰〰〰〰〰〰
Kay adalah salahsatu metode pengobatan dengan menempelkan/ mendekatkan besi panas pada kulit atau daerah tertentu pada tubuh, bahkan dalam suatu riwayat ditempelkan pula ke alis.
--🌳🌳🌳--
Alih Bahasa:
Abu Kuraib Habib bin Ahmad (Bandung) -hafidzahullah-
Abu Kuraib Habib bin Ahmad (Bandung) -hafidzahullah-
KOMENTAR