Mengenal Lebih Dekat Wali Allah

SHARE:

Definisi Wali Allah dan Apa itu Karamah? Jangan salah memahami tentang wali. Arti wali menurut salaf.

MENGENAL LEBIH DEKAT WALI ALLAH 

Mengenal Lebih Dekat Wali Allah

[ 1 ] Pengertian Wali 

 Wali ( الولي ) ditinjau dari makna secara bahasa memiliki arti dekat. ( القرب و الدنو ).  

Adapun al-Wala ( الولاء ) dengan difathahkan wawunya, artinya adalah kedekatan dan pertolongan. Bila dikasroh artinya adalah loyalitas dan konsisten. 

Adapun pengertian dalam syariat maka para ulama member devinisi yang satu sama lain saling mendukung dan melengkapi. 

Berkata Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah: “Yang dimaksud dengan para wali Allah adalah hamba-hamba-Nya yang beriman. Dikarenakan merekalah yang mendekatkan diri kepada Allah dengan mentaati-Nya dan tidak mendurhakai-Nya. Allah subhanahu telah menjelaskan di dalam firman-Nya; 

(( الَّذِينَ آمَنُوا وَ كَانُوا يَتَّقُونَ )) 

“Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka senantiasa bertakwa” Qs. Yunus 63. 

Maksudnya, mereka mengimani apa-apa yang wajib untuk diimani dan menjauhi apa-apa yang wajib untuk dijauhi dari kedurhakaan terhadap Allah”. [ Fathul Qadir: 2/457 ] 

Berkata Al-Imam Ibnu Hajar rahimahullah: “Yang dimaksud dengan wali Allah adalah orang yang berilmu tentang Allah dan konsisten dalam mentaati-Nya serta ikhlas dalam mengibadahi-Nya”. [ Fathul Bari: 10/350 ] 

Berkata Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah: “Wali Allah adalah orang yang dekat dengan Allah dan diberi keistimewaan”. [ Badai’ul Fawaid: 3/106 ] 

Berkata Syaikhul Islam ibnu Taimiyyah rahimahullah: “Dikatakan, wali dinamakan demikian karena terus konsisten berbuat ta’at. Dan kebalikan dari wali adalah musuh atas dasar kedekatan”. [ Al Furqan Baiyna Auliyaur Rahman Wa Auliyausy Syaithan: 6 ]  

Beliau juga menerangkan, “Al-Walayah ( الولاية ) artinya adalah keimanan dan ketakwaan yang mencakup pendekatan diri (kepada Allah) dengan mengamalkan yang wajib maupun sunnah” [ Majmu’ Al Fawaid: 10/440 ] 

Beliau menerangkan, “Maka wali Allah adalah orang yang loyal terhadap Allah dengan mencocoki cinta dan ridha-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dengan melaksanakan apa yang Dia perintahkan dari ketaatan” [ Majmu’ Al-Fawaid: 11/440 ] 

Berkata Al-Imam As-Suyuthi rahimahullah: “Wali Allah adalah orang yang mengenal Allah sesuai yang dia mampui, yang konsisten dalam mentaati-Nya, menjauhi kedurhakaan terhadap-Nya, dan berpaling dari kegemaran berlezat-lezat dan menuruti hawanafsu” [ Itmamud Dirayah: 7 ] 

Bisa disimpulkan dari uraian definisi-definisi para ulama di atas bahwasannya wali Allah adalah hamba Allah yang beriman lagi bertakwa, dekat dengan Allah dan diberi keistimewaan dengan kedudukan tinggi yang tidak dicapai oleh yang lain, karena konsistennya dalam menjalankan tuntutan agama baik lahir maupun batin. 

Allah ta’ala telah menjelaskan di dalam Al-Qur’an bahwasannya Allah ta’ala memiliki para wali dari kalangan manusia, demikian juga syaithan memiliki para wali. 

Allah Ta’ala berfirman: 

أَلَا إِنَّ أَولِيَاءَ اللهِ لَا خَوفٌ عَلَيهِمْ وَ لَا هُمْ يَحْزَنُونَ. الَّذِينَ آمَنُوا وَ كَانُوا يَتَّقُونَ. لَهُمُ البُشْرَى فِى الحَيَاةِ الدُّنْيَا وَ فِى الآخِرَةِ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ الله ذلِكَ هُوَ الفَوزُ العَظِيمُ 

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan dunia dan (dalam kehidupan) akhirat. Tidak ada perubahan pada kalimat-kalimat Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar”. Qs. Yunus62-64. 

Allah ta’ala juga berfirman: 

إِنَّمَا ذلِكُمُ الشَّيطَانُ يُخَوِّفُ أَولِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَ خَافُونِ إِن كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ 

“Sesungguhnya itu tidak lain adalah syaithan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang beriman”. Qs. Ali Imran: 175 

Allah ta’ala juga berfirman: 

وَ إِنَّ الشَّيَاطِينَ لَيُوحُونَ إِلَى أَولِيَاءِهِمْ لِيُجَادِلُوكُمْ 

“Dan sesungguhnya syaithan itu membisikkan kepada para walinya agar mereka membantah kamu”. Qs. Al-An’am: 121

[ 2 ] Perbedaan Antara Wali Allah dan Wali Syaithan

Bahwasannya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka tidak pula mereka bersedih. Dan mereka adalah orang-orang yang beriman lagi bertakwa.

Bahwasannya wali-wali Allah adalah yang memurnikan agama hanya untuk Allah, dan menjadikan rasul sebagai hakim dalam lahir dan batinnya. Mereka akan menentang yang lain dalam rangka membela sunnahnya, bukan menentang sunnah beliau untuk membela orang lain. 

Merka tidak berbuat bid'ah dan tidak mengajak kepada kebid'ahan. Tidak bergabung kepada golongan selain Allah, rasul-Nya, dan para shahabat. Tidak menjadikan agama sebagai mainan dan olok-olok. Tidak lebih memilih mendengarkan suara berbau syaithan daripada mendengarkan Al-Qur'an. Tidak mementingkan bergaul dengan para anak laki-laki berparas (amrod) dengan meninggalkan keridhaan Allah. Tidak lebih memilih suara musik dan nyanyian daripada suara surat Al-Fatihah.

Tidaklah samar perbedaan antara wali-wali Allah dan wali-wali syaithan kecuali bagi orang yang kehilangan bashirah dan iman. Bagaimana mungkin orang-orang yang berpaling dari Al-Qur'an, petunjuk Nabi ﷺ dan sunnahnya, menyelisihi beliau dan selain daripada itu dianggap sebagai wali Allah, sementara mereka menentang Allah dengan sepenuh hati dan berpaling dari petunjuk Nabi ﷺ dan sunnahnya ?!

وَمَا كَانُوا أَوْلِيَاءَهُ  إِنْ أَوْلِيَاؤُهُ إِلَّا الْمُتَّقُونَ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

"Dan mereka bukanlah wali-wali-Nya. Para wali-Nya hanyalah orang-orang yang bertakwa. Akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui" Qs. Al-Anfal: 34.

Wali-wali Allah adalah mereka yang mengenakan pakaian yang dicintai Pelindung mereka (Allah), mengajak kepadanya, dan memerangi orang-orang yang keluar darinya.

Sementara wali-wali syaithan mereka mengenakan pakaian yang dicintai penolong mereka (syaithan) baik dalam hal ucapan dan perbuatan. Mengajak kepadanya dan memerangi orang-orang yang menghalanginya.

Jika kamu melihat orang yang menyukai suara berbau syaithan, seruan syaithan, rekan-rekan syaithan, dan mengajak kepada apa yang disukai oleh syaithan dari kesyirikan, bid'ah, dan perbuatan fajir maka kamu akan mengetahui bahwasannya dia tergolong wali-wali syaithan.

Jika perbedaan antara wali-wali Allah dengan wali-wali syaithan tersamarkan olehmu, maka singkaplah pada keadaan-keadaan berikut ini: pada shalatnya, kecintaannya terhadap sunnah dan pengikutnya, kedekatannya dengan mereka, seruannya terhadap Allah dan rasul-Nya, pemurnian tauhid dan mutaba'ah, dan berhukumnya dengan sunnah.

Timbanglah dengan perkara-perkara tersebut. Dan jangan kamu menimbangnya dengan keadaannya, atau hal-hal yang di luar kebiasaan seperti dia bisa berjalan di atas air atau terbang di udara. [ diringkas dari Kitab Ar-Ruh: 735-739]

[ 3 ] Perbedaan Antara Keadaan Nuansa Keimanan dan Keadaan Keadaan Nuansa Syaithan

Keadaan yang bernuansa keimanan itu buah hasil dari mengikuti rasul ﷺ, ikhlas dalam beramal, dan pemurnian tauhid. Kemudian hasil selanjutnya adalah manfaat bagi kaum muslimin, baik dalam agama maupun dunia mereka. 

Hal itu akan menjadi benar dengan disertai istiqamah di atas sunnah, dan komitmen pada perintah dan larangan agama.

Sementara keadaan yang bernuansa syaithan penisbatannya itu kepada kesyirikan atau kefajiran. Hal itu tumbuh karena kedekatannya dengan syaithan, jalinan hubungan, atau keserupaan dengan syaithan. 

Hal ini terjadi pada para penyembah berhala, salib, api, dan syaithan. Ketika pelakunya menyembah syaithan, maka syaithan memberikan kepadanya suatu keadaan (yang keluar dari kebiasaan) untuk memancing orang-orang yang lemah akal dan imannya.

لِيُرْدُوهُمْ وَلِيَلْبِسُوا عَلَيْهِمْ دِينَهُمْ  وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا فَعَلُوهُ

"Untuk membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi mereka agama-Nya. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya". Qs. Al-An'am: 137.

Maka setiap keadaan yang pelakunya keluar dari hukum Al-Qur'an dan apa yang datang dari sunnah Rasul ﷺ maka itu adalah keadaan yang bernuansa syaithan.

Aku (Ibnul Qayyim) telah mendengar keadaan para penyihir, para penyembah api, para penyembah salib, dan orang-orang yang menisbatkan dirinya kepada islam secara lahiriah semata, sedang batinnya berlepas diri darinya, mereka memiliki sebagian dari nuansa keadaan-keadaan ini sesuai dengan kedekatan mereka dengan syaithan, dan permusuhannya terhadap Allah.

Bahkan, bisa jadi seseorang merupakan sosok yang jujur, namun tersamarkan perbedaan ini atasnya, sehingga keadaanya pun menjadi bernuansa syaithan. Meskipun ia seorang yang zuhud, banyak beribadah, dan ikhlas tetapi perkara ini samar olehnya dikarenakan sedikit pengetahuannya tentang keadaan syaithan, dan malaikat, serta hakikat keimanan.

Telah banyak dari mereka yang merasa keadaannya bernuansa keimanan, padahal bukan, bahkan mereka lebih mirip dengan para pemilik imajinasi dan hal-hal di luar kebiasaan, menceritakan ini dan itu sehingga banyak manusia yang terkecoh dengannya dikarenakan mereka tidak bisa membedakan antara keadaan yang bernuansa keimanan dan keadaan yang bernuansa syaithan. Mereka mengira setiap yang hitam itu kurma, dan setiap yang putih itu susu.

Maka Al-Furqan; petunjuk yang bisa membedakan antara yang benar dan yang batil itu merupakan hal termulia di alam ini. Itu merupakan cahaya yang Allah hidupkan di dalam hati manusia sehingga bisa membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. Bisa menimbang hakikat suatu perkara; antara baik dan buruknya, dan antara layak dan rusaknya.

Maka siapa yang tidak memiliki Al-Furqan ini niscaya dia akan tersesat dan menjadi sekutu-sekutu syaithan. 

[ Kitab Ar-Ruh, hal. 739-740 ]

[ 4 ] Di Antara Prinsip Ahlussunnah Adalah Mengimani Karomah Para Wali

Al-Imam Ath-Thahawy rahimahullah berkata; "Dan kita mengimani dengan berita yang datang perihal karomah-karomah para wali, serta berita (mengenai hal ini) yang shahih dari orang-orang yang terpercaya dalam periwayatan mereka". [ Aqidah Thahawiyah ]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata; "Di antara prinsip-prinsip ahlussunnah adalah membenarkan terhadap karomah-karomah para wali dan apa yang terjadi melalui diri-diri mereka dari hal-hal di luar kebiasaan baik dalam berbagai macam ilmu, penyingkapan, kemampuan, dan pengaruh. Serta apa yang datang dari ummat-ummat terdahulu seperti tersebut di dalam surat Al-Kahfi dan selainnya, atau yang terjadi di generasi awal ummat ini dari kalangan shahabat, tabi'in, dan seluruh ummat. Dan itu akan selalu terjadi di tengah-tengah ummat ini hingga hari kiamat". [Aqidah Wasithiyyah]

Al-Mujaddid Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata; "Dan aku menetapkan adanya karomah para wali serta apa-apa yang terjadi pada diri mereka dari penyingkapan-penyingkapan. Hanya saja, mereka tiada berhak mendapatkan semisal hak Allah sedikutpun, dan tidak boleh dimintai pada hal-hal yang tidak dimampui kecuali hanya oleh Allah Ta'ala semata" [ Ar Risalah Fi Aqidatisy Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab ]

[ 05 ] Makna Karomah

Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Khalil Harras rahimahullah; "Karomah adalah hal-hal ajaib yang terjadi di luar kebiasan yang Allah perlakukan melalui diri wali dari wali-wali-Nya sebagai pertolongan buat mereka, baik untuk urusan agamanya maupun urusan dunianya" [ Syarh Aqidah Wasithiyah, hal. 369 - 370 ]

Berkata Asy-Syaikh Yasin Al-Adeni rahimahullah; "Karomah adalah munculnya hal ajaib di luar kebiasan pada diri seorang yang melekat pada dirinya keimanan dan amalan shalih dengan tanpa diiringi pengakuan kenabian. Dan hal ini tidaklah terjadi kecuali pada diri seorang wali Allah.

Dan ucapan mereka "karena keimanan dan amalan shalih" untuk mengeluarkan darinya al-Masy'udz (orang yang meminta bantuan kepada syaithan dalam menjalankan aksinya). Karena jika orang jenis ini memunculkan hal ajaib di luar kebiasaan maka itu tipuan syaithan dan sihir.

Dan ucapan mereka, "tidak diiringi dengan pengakuan kenabian" karena jika ada orang yang mendatangkan hal ajaib di luar kebiasaan dengan diiringi pengakuan kenabian maka hal ini dinamakan mukjizat atau ayat (tanda kenabian)" [ Ta'liq Syaikh Yasin 'Ala Syarh Aqidah Wasithiyyah ]

[ 06 ] Macam-macam Karomah

1. Anugerah ilmu. 

Yaitu seorang dapat meraih ilmu yang tidak diraih oleh orang lain.

2. Mukasyafat.

(Penyingkapan tabir rahasia). Yaitu seorang memberitakan sesuatu dalam bentuk persangkaan yang kuat. Kemudian terjadilah hal tersebut persis seperti yang dia beritakan.

3. Kekuatan dan pengaruh. 

Yaitu seorang mendapatkan kekuatan dan pengaruh yang tidak didapatkan oleh yang lain. Seperti kisah ashabul kahfi. Juga kisah Maryam ketika mendapatkan rezeki yang membuat Nabi Zakaria takjub, demikian pula kisah beliau ketika sedang mengandung Nabi Isa.

4. Penjagaan. 

Yaitu Allah ta'ala menjaga hamba-hamba-Nya dari kalangan para wali-Nya dari terjerumus ke dalam jerat-jerat syaithan. Hal ini seperti yang dikatakan Rasul kepada Umar bin Khattab;

و الذي نفسي بيده، ما لقيك الشيطان قط سالكا فجا إلا سلك فجا غير فجك

 "Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, tidaklah syaithan bertemu denganmu ketika melewati suatu jalan, melainkan dia akan melewati jalan selain jalanmu" HR. Bukhari dan Muslim.

5. Mimpi yang baik dan benar. 

Yaitu Allah memuliakan sebagian hamba-hamba-Nya yang beriman dengan mimpi yang benar, yang memasukkan kegembiraan ke dalam hati hamba tersebut; sama saja apakah dia sendiri yang melihat mimpi itu, atau orang lain yang melihatnya.

[Ta'liq Syaikh Yasin Ala Syarhi Aqidati Wasithiyyah Lil Harras, hal. 370-371]

[ 07 ] Terjadinya Karomah Karena Adanya Hikmah atau Maslahat

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah; "Dan di antara hal yang perlu diketahui bahwa, karomah-karomah itu terjadi sesuai dengan kebutuhan seseorang. 

Jika ada seorang yang lemah iman membutuhkan hal tersebut atau seorang yang membutuhkan maka datang kepadanya karomah yang menguatkan imannya atau menutupi kebutuhannya, sedang orang yang lebih sempurna kewaliannnya tidak membutuhkan hal tersebut, sehingga tidak datang kepadanya semisal karomah itu karena derajatnya yang tinggi dan tidak butuhnya ia terhadap hal itu, bukan karena derajat kewaliannya yang berkurang.

Oleh karena inilah, karomah-karomah ini lebih sering muncul melalui para tabi'in daripada para shahabat". [ Al-Fatawa, 11/295 ]

Asy-Syaikh Muhammad bin Khalil Harras menerangkan bahwa di antara hikmah terjadinya karomah antara lain:

  1. Bahwasannya karomah itu seperti seperti mukjizat. (Dalam artian sama-sama) menunjukkan atas bukti yang kuat akan sempurnanya kemampuan Allah dan terlaksananya kehendak-Nya. Bahwasannya Allah ta'ala itu berbuat sesuai yang dikehendaki-Nya, bahwasannya Allah ta'ala di atas ketetapan-ketetapan dan sebab-sebab yang biasa ini, memiliki ketetapan-ketetapan lain yang tidak bisa dicapai oleh ilmu manusia, tidak pula usaha mereka.
  2. Bahwasannya terjadinya karomah para wali itu sejatinya mukjizat para Nabi itu sendiri. Karena karomah tersebut tidaklah terjadi melainkan kareba barokah mengikuti para Nabi serta berjalan di atas petunjuk mereka.
  3. Bahwasannya karomah para wali itu sebagai kabar gembira yang Allah ta'ala segerakan di dunia. [ Syarh Aqidah Wasithiyyah Lil Harras ]

[ 08 ] Jenis-jenis Manusia Dalam Menyikapi Karomah

1. Kelompok yang ghuluw (berlebihan).

Mereka seperti kelompok Asy'ariyah. Mereka menetapakan adanya karomah dan mukjizat, hanya saja mereka berlebihan terhadapnya. Karena para pimpinan mereka menegaskan bahwasannya hal ajaib yang terjadi di luar kebiasaan yang muncul dari para Nabi juga bisa muncul dari para wali. 

Bahkan, mereka menyatakan para penyihir pun bisa melakukan hal semacam itu, hanya saja yang membedakan antara penyihir dan nabi adalah pengakuan kenabian. Dan yang membedakan antara penyihir dan wali adalah kebajikan dan ketakwaan.

As-Subuki telah mengingkari pernyataan seperti ini, dan telah membantahnya di dalam kitab ( Thabaqat Asy-Syafi'iyyah 2/320 ), yang intinya seperti berikut; bahwasannya suatu kemustahilan jikalau seorang Nabi membuat tantangan ( untuk kaumnya yang ingkar ) dengan suatu mukjizat yang Allah berikan kepadanya kemudian hal itu bisa berulang melalui tangan seorang wali. Meskipun hal itu bisa dinyatakan boleh terjadi menurut akal, namun tidak semua yang dinyatakan boleh terjadi menurut akal mesti terjadi.

2. Kelompok yang mengingkari.

Mereka sepeti kelompok mu'tazilah dan ahli filsafat. Mereka menyatakan bahwa hal ajaib yang terjadi di luar kebiasaan itu tidaklah muncul kecuali dari kalangan para Nabi saja. Mereka mengingkari hal seperti itu muncul dari para penyihir dan dukun, bahkan karomah para orang-orang shalih.

Berkata Ibnu Abil 'Izz di dalam kitab ( Syarh Aqidah Thahawiyah, hal 498 ); "Ucapan kelompok mu'tazilah terkait pengingkaran terhadap karomah sangat nampak kebathilannya, karena sama saja dengan itu mereka mengingkari hal-hal yang bisa dirasakan oleh panca indera (Mahsusat)".

3. Kelompok yang menetapkan.

Merekalah Ahlus Sunnah. Mereka menetapkan adanya karomah dan mukjizat. [ Ta'liq Syaikh Yasin Ala Syarhi Aqidah Wasithiyyah Lil Harras, hal. 371-372 ]

https://t.me/RaudhatulAnwar1

KOMENTAR

BLOGGER
Nama

Adab-Akhlak,234,Akhirat,22,Akhwat,108,Anak Muda dan Salaf,238,Anti Teroris,2,Aqidah,279,Arab Saudi,12,Asma wa Shifat,2,Audio,44,Audio Singkat,8,Bantahan,103,Bid'ah,59,Biografi,86,Cerita,64,Cinta,10,Dakwah,47,Doa Dzikir,67,Ebook,15,Fadhilah,71,Faedah Ringkas,17,Fatwa Ringkas,4,Fiqih,344,Ghaib,17,Hadits,169,Haji-Umroh,16,Hari Jumat,31,Hari Raya,5,Ibadah,43,Info,80,Inspiratif,39,IT,10,Janaiz,7,Kata Mutiara,128,Keluarga,237,Khawarij,21,Khutbah,4,Kisah,289,Kitab,6,Kontemporer,155,Manhaj,177,Muamalah,46,Nabi,20,Nasehat,633,Poster,7,Puasa,53,Qurban,18,Ramadhan,51,Rekaman,2,Remaja,155,Renungan,95,Ringkasan,100,Sahabat,69,Sehat,25,Sejarah,53,Serial,3,Shalat,157,Syiah,25,Syirik,15,Tafsir,49,Tanya Jawab,594,Tauhid,54,Tazkiyatun Nafs,108,Teman,20,Thaharah,21,Thalabul Ilmi,149,Tweet Ulama,6,Ulama,88,Ustadz Menjawab,9,Video,20,Zakat,12,
ltr
item
Atsar ID | Arsip Fawaid Salafy: Mengenal Lebih Dekat Wali Allah
Mengenal Lebih Dekat Wali Allah
Definisi Wali Allah dan Apa itu Karamah? Jangan salah memahami tentang wali. Arti wali menurut salaf.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjysW5ZWDWxgvObeMvUCwAhJNOp3f4gXzuSfJMwEPVnkR41Qg6ByA2K5RPwmDcOnc6wVgxshbJTWhwBuOpO0YWxqzC3IOqFAIazI0BoA21X89lwOZ963XX4mPkEGW_Ul9qo_ahZtdhB1rrxFiSKWzkXEMnPmPhjehjcRTun1dgvqm8K7QdLgKDp0lwi4A/w320-h240/mengenal%20wali%20allah.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjysW5ZWDWxgvObeMvUCwAhJNOp3f4gXzuSfJMwEPVnkR41Qg6ByA2K5RPwmDcOnc6wVgxshbJTWhwBuOpO0YWxqzC3IOqFAIazI0BoA21X89lwOZ963XX4mPkEGW_Ul9qo_ahZtdhB1rrxFiSKWzkXEMnPmPhjehjcRTun1dgvqm8K7QdLgKDp0lwi4A/s72-w320-c-h240/mengenal%20wali%20allah.jpg
Atsar ID | Arsip Fawaid Salafy
https://www.atsar.id/2023/05/mengenal-lebih-dekat-wali-allah.html
https://www.atsar.id/
https://www.atsar.id/
https://www.atsar.id/2023/05/mengenal-lebih-dekat-wali-allah.html
true
5378972177409243253
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts LIHAT SEMUA POST Selengkapnya Balas Batal Balas Hapus Oleh Beranda HALAMAN POSTS Lihat Semua BACA LAGI YUK LABEL ARSIP SEARCH ALL POSTS Al afwu, artikel tidak ditemukan Kembali ke Beranda Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Min Sen Sel Rab Kam Jum Sab Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des baru saja 1 menit yang lalu $$1$$ minutes ago 1 jam yang ago $$1$$ hours ago Kemarin $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago lebih dari 5 pekan yang lalu Pengikut Ikut THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy